Ketua Panita International Art Exhibition 'Surya Segara Rupa' I Made Ruta menuturkan seniman luar negeri yang ikut memamerkan karyanya, antara lain berasal dari Jerman, Hongaria, Jepang, dan Brasil. Mereka menampilkan karya yang mengeksplorasi upaya pelestarian alam.
"Pameran ini menyampaikan pesan-pesan penting tentang pelestarian sumber daya alam dan penghormatan kepada matahari dan laut terkait kesadaran ekosistem, kehidupan, ritual, dan spiritualitas," terang Ruta saat konferensi pers, Kamis (16/11/2023).
Pameran 'Surya Segara Rupa' mulai dibuka pada 17 November hingga 31 Desember 2022. Selain enam seniman internasional, pameran juga melibatkan 23 mahasiswa ISI Denpasar dan lima orang seniman nasional.
Tantangan Seni Rupa di Tengah Teknologi AI
Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Sujana 'Suklu' mengungkap tantangan karya seni rupa di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Baginya, teknologi AI tidak bisa serta-merta mengancam karya seni rupa Bali.
"AI ini justru menjadi tools yang kuat untuk kita bisa di dunia virtual atau digital bisa lebih global karena di situ ruang bebasnya sangat luas," kata Sujana Suklu di Santrian Art Gallery, Sanur, Kamis.
Sujana Suklu punya alasan seni rupa yang berakar pada budaya Bali bisa bertahan di tengah gempuran teknologi AI. Menurutnya, tradisi Bali selama ini sudah terbukti kuat di tengah gempuran kebudayaan global, kapital, dan masyarakat urban.
Konsep tradisi Bali, ujar Sujana Suklu, tetap berjalan di tengah gempuran global, kapital, dan masyarakat urban meskipun dilakukan dengan cara yang berbeda. Ia menilai kearifan lokal Bali yang dituangkan dalam seni rupa tidak akan mudah ditiru oleh AI.
"Mereka (AI) kan mempergunakan visual-visual yang sudah ada, sementara keunikan lokal Bali itu tidak mudah ditiru oleh AI," ungkap akademisi Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar itu.
Pria kelahiran 6 Februari1967 itu menyebut teknologi AI hanya melakukan duplikasi terhadap karya visual yang sudah ada. Berbeda dengan sifat seniman yang selalu kreatif dalam melahirkan karya-karya baru.
"Jadi ketika ini ditiru (oleh AI), kami akan membuat (karya seni) yang baru. AI bukan ancaman," tegasnya.
(iws/iws)