Kaldera Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, terkenal sebagai destinasi wisata dunia, membentang menawarkan pemandangan eksotis. Kawasan ini juga terkenal dengan Gunung Batur dan danaunya.
Di kawasan kaldera Batur juga sudah menjamur kedai kopi yang selalu ramai didatangi turis asing maupun domestik. Tetapi siapa sangka, kaldera Batur semula adalah tubuh gunung api Batur Purba yang kemudian runtuh akibat letusan dahsyat sekitar 30.000 tahun silam.
Gunung Abang, Danau Batur, dan Gunung Batur adalah sebagian jejak peristiwa itu. Geolog dari Pusat Pengembangan SDM Geologi, Mineral, dan Batubara Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) Suryo Hespiantoro mengatakan penelitian tentang riwayat gunung api secara umum, atau Gunung Batur khususnya, baru dilakukan pada 1800-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan itu, lanjut Suryo, para ahli memperkirakan Batur Purba sudah terbentuk sejak 500.000 tahun lalu dari gerakan magma yang kuat sampai menembus lempeng di dasar bumi. Retakan menjadi jalur magma untuk keluar membentuk Gunung Batur Purba secara perlahan dan jalurnya tidak hanya fokus pada satu titik.
"Di sini (gunung) yang dulunya hamparan tanah, seketika timbul retakan. Retakan ini muncul akibat pergerakan kulit bumi yang didorong magma. Magma ini sifatnya mendorong. Di mana ada celah, di sanalah jalurnya," jelas Suryo Hespiantoro kepada detikBali, Minggu (2/7/2023).
Suryo menambahkan adanya retakan kecil membuat magma mencari celah lain setelah proses pembentukan Batur Purba. Magma berhasil menembus sampai membentuk tumpukan baru berupa gunung parasit di sebelah timur setinggi 2.152 meter. Gunung parasit itu kini dikenal sebagai Gunung Abang.
"Magma itu bersifat mendorong dan mencari celah. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa celah buat jalur magma parasit ada di sebelah timur Batur Purba. Sekarang kita ketahui sebagai Gunung Abang," terangnya.
Setelah terbentuk sebagaiBatur Purba, gunung tersebut meletus secara mengerikan setidaknya tiga periode. Periode pertama sekitar 30.000 tahun lalu, kedua 20.000 tahun lalu, dan terakhir 5.500 tahun lalu.Suryo menegaskan kalderaBatur terbentuk pada fase letusan pertama dan kedua.
"Letusan pertama memuntahkan 84 kilometer kubik material. Lontaran letusan sampai ke arah selatan (Denpasar) dan terempas ke udara setinggi 40 kilometer. Di fase ini letusan sampai habiskan isi perut bumi sampai kedalaman 5-10 kilometer," terangnya.
Dari sini awal mula kaldera Batur terbentuk. Yang mana akibat kekosongan dapur magma, tubuh Batur Purba tak kuasa menahan beban lalu runtuh. Bagian tengah Gunung Abang ikut terpotong di saat bersamaan. Akibat runtuhan itu, kaldera I berbentuk elips berdiameter 13,5 x 10 kilometer.
Proses runtuhnya kaldera I tidak serta-merta terhenti. Gejolak aktivitas magma dalam perut Batur Purba masih berlangsung, dibuktikan adanya letusan pada periode kedua sekitar 20.000 tahun lalu. Sebanyak 19 km3 material dimuntahkan yang mengendap jadi ignimbrit Gunung Kawi.
Letusan periode II ini juga tercatat di Museum Geopark Batur Kintamani, dinyatakan oleh para ahli vulkanologi sebagai letusan terdahsyat. Material vulkanik berupa piroklastik yang panas terempas sampai ke wilayah Bali Selatan.
"Sisa endapan material bisa dijumpai di kompleks Pura Gunung Kawi di Tampaksiring, Ubud, Sukawati (Gianyar) berupa padas, dimanfaatkan untuk bahan bangunan, ukiran. Endapan itu tebal," papar geolog yang pernah bertugas di Museum Geologi Bandung ini.
Setelah erupsi berlangsung cukup lama, permukaan kaldera I akhirnya runtuh menghasilkan kaldera II. Sisa-sisa kawah gunung kecil yang tumbuh juga ikut runtuh sebagian. Runtuhan ini juga menciptakan kubang besar di sebelah timur yang kini dikenal sebagai Danau Batur.
"DanauBatur panjangnya 7,5 kilometer dan lebar 2,5 kilometer," jelasSuryo.
Dia melanjutkan sekitar 5.500 tahun lalu, letusan hebat ketiga terjadi. Kali ini letusan Batur Purba bersifat linier dan dibarengi oleh munculnya pucuk lava yang membentuk calon Gunung Batur (Gunung Batur saat ini) dengan tiga kawah aktif sekaligus.
"Kawah III terbilang baru karena terbentuk dari hasil letusan tahun 1994. Letusan kembali terjadi di kawah III antara periode 1998 dan 1999. Bahkan kawah ini diberi nama kawah 98," terang Hespiantoro.
Menurut Suryo, kemungkinan adanya letusan sebelum tahun 1800-an sangat besar adanya. Kendati begitu, para ahli gunung api belum memastikan apakah letusan yang ditimbulkan cukup besar atau tidak.
(nor/nor)