Momen saat kerbau yang saling kejar-kejaran di sepanjang lintasan berlumpur memang kerap ditunggu-tunggu oleh para fotografer. Seperti halnya James, wisatawan asal Australia yang mengaku baru pertama kali menyaksikan makepung.
"Terlihat sangat menggairahkan. Sangat-sangat menarik," ujar James, yang juga seorang fotografer profesional ini.
Kekaguman juga diungkapkan oleh wisatawan Australia lainnya, Tania. Ia mengaku baru pertama kali melihat makepung dan langsung tertarik. Dulu pernah ke Jembrana, tetapi melewatkan tradisi makepung ini.
"Di tempat kami tidak ada hal seperti ini. Ini adalah tradisi yang unik. Pertama kali saya ke Jembrana empat tahun yang lalu, tetapi kami kehilangan kesempatan untuk menyaksikan balapan makepung," ujarnya dalam bahasa Inggris.
Tak hanya makepung-nya yang menjadi pusat perhatian. Wisatawan juga menikmati iringan musik jegog yang belum pernah didengar sebelumnya. Jegog adalah alat musik dari bahan bambu khas Jembrana. Kesenian jegog memang kerap ditampilkan saat ada helatan makepung.
"Kami sangat menikmatinya, dan musiknya keren. Kami belum pernah mendengar sebelumnya, dekorasinya sangat menarik," kata Henic, wisatawan asal Jerman.
Gede Sudita yang mengantar tamunya saat menonton balapan kerbau mengatakan, tradisi makepung menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Jembrana. Pria yang juga pemilik homestay ini menyebut, homestay miliknya selalu penuh setiap akan digelar makepung, terutama sebelum pandemi.
Ia berharap, ke depan semakin banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Jembrana. Tidak hanya untuk menonton makepung, tetapi juga mengunjungi potensi wisata lain yang ada di Jembrana.
"Sekarang ini, karena memang baru digelar makepung-nya, bawa dua tamu," kata Sudita.
Untuk diketahui, peserta makepung kali ini diikuti oleh 151 pasang kerbau yang berasal dari Ijogading Barat (83 pasang) dan Ijogading Timur (68 pasang).
(iws/iws)