Dari Kota Denpasar, perkebunan kopi ini dapat ditempuh selama 1 jam 15 menit jika mengendarai motor. Menyusuri jalanan yang sedikit menanjak, udara pegunungan mulai dingin terasa. Mata akan dimanjakan dengan panorama perbukitan yang asri nan hijau.
Kelian Subak Abian Mertasari Pasedahan D Petang, I Made Adi Widnyana menjelaskan kopi yang dikembangkan adalah jenis arabika atau kopi katek. Subak yang dia kelola memiliki anggota sebanyak 120 KK. Dari jumlah tersebut, petani yang serius menggarap tanaman kopi sebanyak 80 orang dengan luas lahan sekitar 70 hektar.
"Ya, kalau menurut saya usaha tanaman kopi menjanjikan. Ayah saya pernah tembus Rp 110 juta itu sekali panen, itu pas mahal," katanya.
Adi menjelaskan, kebun kopi miliknya ditanami dengan sistem campur atau tumpang sari dengan tanaman seperti jeruk dan jambu kristal. Menurutnya, perawatan tanaman kopi cukup mudah karena ia tinggal meneruskan usaha keluarganya. Termasuk dengan menggemburkan tanahnya (ngerorak) untuk membersihkan gulma di bawah tanaman kopi.
"Jadi kita memotong naungannya agar si kopi mendapatkan intensitas cahaya. Habis itu dipupuk bisa kandang, organik atau non organik seperti NPK urea," terangnya.
Adi menjelaskan, dirinya dominan menggunakan pupuk kandang (kohei). Pemerintah Kabupaten Badung, kata dia, setahun sekali juga memberikan subsudi pupuk.
"Kalau jumlahnya itu tergantung minat dan luas lahan. Kalau misalkan di toko pupuk per kilogram kisaran Rp 14 ribu - Rp 17 ribu (NPK). Kalau subsidi, harganya jadi Rp 2.250," terangnya.
Kerap Dibeli Pengepul dari Kintamani
Rupanya kopi Jempanang kerap dibeli oleh pengepul dari Kintamani, Bangli. Padahal, selama ini justru kopi Kintamani yang lebih dikenal dan mendunia dibanding kopi Jempanang.
I Made Adi Widnyana, selaku Kelian Subak Abian Mertasari Pasedahan D Petang mengatakan, saat ini kopi Jempanang memang belum mendapat hak paten. Itu menyebabkan kopi Jempanang belum dikenal masyarakat luas dan dunia.
"Ya kita sudah ajukan dan masih tahap pengajuan tahun ini, kita masih kumpulkan syarat-syaratnya kalau lengkap kita ajukan," ucap petani muda milenial yang baru berusia 28 tahun ini.
(iws/iws)