Subak Intaran Barat di Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar berupaya bertahan di tengah maraknya alih fungsi lahan pertanian. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan menghadirkan wisata jogging track.
Pekaseh Subak Intaran Barat I Made Sudiartana mengatakan, jogging track di Subak Intaran Barat dibangun oleh pihak Desa Sanur Kauh. Jogging track ini dibangun karena terinspirasi dari Subak Sembung yang alih fungsi lahan pertaniannya menurun sejak adanya wisata jogging track.
"Keberadaan jogging track di Desa Sanur Kauh awalnya dari teman-teman yang ada di Sumbak Sembung itu kepengen Subak Intaran Barat supaya sedikit bertahan, lahannya biar nggak langsung (dibeli) pengembang (perumahan). Biar bisa kita untuk menyetop (alih fungsi lahan) sementara," kata Sudiartana saat ditemui detikBali, Minggu (12/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya (idenya) kan dari Subak Sembung awalnya. Terus tyang kepengen seperti nike, karena keberadaan dia (Subak Sembung) punya jogging track, lahannya bisa sedikit bertahan lah. Nah kepengen seperti itu, supaya bertahan beberapa tahun," tambah Sudiartana.
Sudiartana menuturkan, alih fungsi lahan pertanian di Subak Intaran Barat cukup masif, yakni sekitar 3 hektare per tahun. Desakan alih fungsi lahan pertanian dimulai dari kawasan Renon, Kota Denpasar. Lahan di Subak Intaran Barat kebanyakan beralih fungsi untuk dijadikan sebagai perumahan.
Gempuran alih fungsi lahan di Subak Intaran Barat cukup sulit untuk dikendalikan. Hal itu diperparah karena kebijakan jalur hijau tidak bisa diterapkan di Subak Intaran Barat. Menurut Sudiartana, kebijakan jalur hijau tidak bisa diterapkan ke lahan yang statusnya bukan milik pemerintah.
"(Alih fungsi lahan kebanyakan) untuk perumahan, untuk perumahan pribadi. Nah saya dengar-dengar aturannya, tanah hak milik katanya tidak boleh dijalurhijaukan. Tanah pemerintah baru bisa dijalurhijaukan," tuturnya,
"Nah di Subak Intaran Barat tanah pemerintah hanya ada beberapa saja, yang lainnya kebanyakan hak milik. Hak milik kan nggak bisa untuk menyetop untuk (tidak) mengapling sawahnya. Karena menyetop disuruh untuk mengganti, apa yang (dipakai) mengganti, kecuali ya kalau Kota Denpasar punya modal untuk menggantinya mungkin bisa untuk mengganti tanahnya dia supaya tidak dibangun," imbuhnya.
Petani di Subak Intaran Barat mempunyai cara tertentu dalam menjual lahannya kepada orang lain. Biasanya, mereka akan memecah lahannya dulu ke dalam beberapa are. Setelah dipecah, lahan tersebut kemudian dijual kepada orang dari luar. Tanah biasanya dijual hingga mencapai Rp 500 juta per are.
"Pertama alasannya dipecah dulu, dipecah beberapa beberapa are. Kebanyakan dia menjual ke orang luar sebenarnya itu, dia ngapling, dijual ke pendatang, (pendatang) itu dah yang mengurug langsung. Kalau harga tanah di sini masih sampai Rp 500 juta per are," ungkapnya.
Meski alih fungsi lahan masih marak, Sudiartana bersyukur bahwa situasi itu kini sedikit mereda. Hal itu salah satunya disebabkan oleh kehadiran wisata jogging track yang dibangun sekitar tiga tahun lalu oleh pihak Desa Sanur Kauh.
"Nah bisa lah sedikit. Agak ngerem sedikit gininya untuk alih fungsi lahannya," tutur Sudiartana.
Alih fungsi lahan dapat sedikit ditekan dengan adanya wisata jogging track bukan tanpa alasan. Dengan adanya wisata jogging track ini, pihaknya sepakat bersama aparat Desa Sanur Kauh untuk tidak memperbolehkan kendaraan berat seperti truk untuk lewat di jalan tersebut. Kondisi itu mengakibatkan truk yang membawa tanah urug tidak bisa masuk ke areal subak.
"Kami kan bersatu di kantor desa, jalannya ini kita tidak diperbolehkan untuk dilewati untuk truk untuk ngurug (subak), itu tidak diperbolehkan. Kalau melewati untuk pertanian boleh dilewati mobil. (Kendaraan berat) endak bisa, endak diperbolehkan (lewat). Kami pasang portal di depan supaya motor berat seperti truk tidak bisa masuk," tegasnya.
Meski demikian, kendaraan berat sesekali tetap bisa masuk ke areal jogging track asalkan untuk kepentingan pertanian. Misalnya saat musim pascapanen, pihaknya membebaskan kendaraan berat masuk untuk mengangkut hasil gabah dan sebagainya.
"Ya untuk pertanian kami bebaskan selama pasca panen, kami bebaskan, kami buka portalnya sebentar untuk mengangkut hasil panen," kata dia.
Selain memperketat kendaraan berat untuk lewat, keberadaan jogging track ternyata turut memberikan sedikit keuntungan bagi para petani meskipun mereka yang jogging di sana tidak dikenakan biaya. Sebab, areal jogging track bisa sebagai jalur angkut untuk kepentingan pertanian. Kondisi itu memudahkan petani dalam mengangkut bahan dan hasil pertanian. Harga gabah juga relatif meningkat semenjak terdapat area jogging track.
"Kalau pemasukan dari jogging track sih tidak (ada), hanya untuk hasil pertanian bisa sedikit agak meningkat karena biaya angkutnya bisa tertekan sedikit. Nah itu bisa harga padinya (meningkat dari) Rp 320 ribu kini bisa Rp 350 per arenya karena ada jalan ini, (karena) untuk ngangkutnya gampang," jelasnya.
(kws/kws)