Di tengah hiruk pikuk Kota Denpasar, Bali, terdapat satu destinasi yang akan mengajak wisatawan seperti berada di Bali masa lampau. Tukad Bindu, objek wisata di Jalan Turi, Kesiman, Denpasar. Wisatawan akan diajak menikmati sungai serta hamparan rumput hijau dengan pepohonan rindang.
Tak hanya terkenal dengan sungai dan suasana yang asri, Tukad Bindu juga menghadirkan berbagai keunggulan yang membuat wisatawan tertarik datang dan betah menghabiskan waktu di objek wisata ini. Beberapa diantaranya, area jogging track, flying fox di atas sungai, permainan anak-anak, co-working space, balai budaya, dan lainnya.
Pengawas dan Penggagas Tukad Bindu, I Gusti Rai Ari Temaja ketika ditemui detikBali, Minggu (5/6/2022), menuturkan, pesona Tukad Bindu bahkan menarik perhatian para delegasi IMF, PBB, dan tokoh publik lainnya. Tak hanya keindahannya yang memikat, kepedulian warga sekitar pada lingkungan juga menjadi nilai plus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang membuat wisatawan termasuk delegasi IMF dan PBB lebih tertarik pada tempat ini, bukan masalah infrastruktur tapi bagaimana peran masyarakat di sini yang peduli lingkungan. Juga komunitas yang dapat merangkul dan mengajak masyarakat bergerak," katanya.
Sebagai tempat wisata, Tukad Bindu sering kali dijadikan lokasi berenang, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Salah satu wisatawan, Andre, mengaku senang berwisata ke Tukad Bindu.
Ini merupakan kali pertama dia berkunjung ke objek wisata ini. Ia datang bersama teman-temannya. Mereka terlihat asyik berenang, beberapa kali saling adu kebolehan salto dan melompat menuju sungai.
"Tadi diajakin sama teman-teman buat ke sini. Senang juga bisa kumpul sekalian mandi di sini. Apalagi di Denpasar kan, jarang ada tempat seperti ini," katanya.
Dirinya pun mengaku betah berlama-lama berada di Tukad Bindu. "Di sini suasananya adem, terus lumayan bersih juga dari sampah plastik," ungkapnya.
Sejarah Singkat Tukad Bindu
Menurut Pengawas dan Penggagas Tukad Bindu, I Gusti Rai Ari Temaja, penataan Tukad Bindu telah dimulai pada tahun 2010. Di mana awalnya Tukad Bindu merupakan teba atau area belakang rumah yang memiliki bantaran sungai, yang biasa digunakan sebagai lokasi pembuangan sampah dan lainnya.
"Kami mulai menata dan mengajak masyarakat melihat potensi atau mengubah mindset mereka bahwa lokasi ini bukan untuk pembuangan barang bekas dan sampah, melainkan bisa difungsikan untuk edukasi, budaya, dan sebagainya. Dari yang awalnya kumuh, kami tata menjadi bernilai ekonomi kreatif," paparnya.
"Kemudian di tanggal 23 Maret 2017 terbentuklah Yayasan Tukad Bindu. Tukad Bindu ini berfokus pada edukasi lingkungan dan sumber daya air yang tidak lepas dari ekonomi, sosial, budaya. Harapannya Tukad Bindu ini dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli kepada lingkungan dan sumber daya air," ujarnya.
(irb/irb)