Video yang memperlihatkan mantan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat memberikan arahan kepada anggotanya soal persiapan pengamanan sebelum kerusuhan maut Tragedi Kanjuruhan viral di media sosial. Dalam video itu, AKBP Ferli Hidayat memberikan instruksi agar tidak menggunakan senjata saat pengamanan laga.
Dikutip detikJatim, pada laga itu, sebanyak 2.034 personel gabungan dikerahkan. Sebelum laga polisi menggelar apel di tribun VIP, karena sore itu kawasan Kanjuruhan tengah diguyur hujan.
Dalam video tersebut, Ferli mengawali dengan ucapan terima kasih kepada personel gabungan yang telah ikut dalam pengamanan. Ferli mengatakan, pertemuan Arema FC melawan Persebaya di laga lanjutan Liga 1 memiliki tensi cukup tinggi. Ditambah informasi dari Panpel Arema FC, tiket sebanyak 42 ribu telah habis terjual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu Ferli memberikan arahan sekaligus pesan kepada personel yang terlibat pengamanan. Ada tiga poin penting yang disampaikan Ferli saat itu.
"Yang pertama tolong tidak ada satupun anggota yang membawa senjata api. Jadi kalau masih ada baik bintara senior maupun perwira tolong segera diamankan dahulu," kata Ferli melalui pengeras suara.
Dalam arahan kedua, lulusan Akpol 2004 itu meminta agar personel keamanan tak melakukan tindakan kekerasan yang sifatnya eseksif.
"Sesuaikan saja ancaman yang kita hadapi dengan penggunaan kekuatan yang kita miliki. Jangan melakukan tindakan kekerasan yang sifatnya eseksif," tuturnya.
Ferli juga meminta bantuan kepada para perwira untuk melakukan pengawasan sekaligus pengendalian penuh terhadap anggotanya.
"Yang ketiga saya mohon bantuan rekan-rekan perwira untuk melakukan pengawasan dan pengendalian penuh terhadap rekan anggotanya. Mohon sekali lagi, tidak ada yang makan tulang," tegasnya.
Ferli juga mengingatkan, pengamanan laga Arema FC menjamu Persebaya tentu membutuhkan energi cukup besar dan melelahkan. Kondisi itu akan dilewati sampai pertandingan bubar.
"Pengamanan ini akan membutuhkan energi cukup besar dan melelahkan. Kita sudah mengawali pengamanan dengan kondisi kurang menguntungkan karena cuaca hujan," tandasnya.
Selengkapnya klik halaman selanjutnya
Hasil konfirmasi yang ia lakukan kepada Kapolres Malang, memang saat itu pihaknya sudah meminta agar 15 menit sebelum pertandingan selesai pintu keluar dibuka semua. Namun, pihak kepolisian juga tidak mengetahui mengapa ada pintu stadion yang masih terkunci.
"Jadi tidak ada itu perintah dari Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat untuk membubarkan massa menggunakan gas air mata. Dan setelah kami konfirmasi, juga tidak ada perintah untuk menutup pintu stadion," kata Albertus di Mapolres Malang, Selasa (4/10/2022).
Kompolnas melihat ada tindakan preventif yang sudah dilakukan dari internal kepolisian. Dari kacamata Kompolnas, pihaknya melihat secara prosedur sudah dijalankan oleh Kapolres Malang.
"Dari Kapolres Malang tidak ada perintah untuk melakukan penguraian massa dengan gas air mata. Bahkan hal itu disampaikan saat apel 5 jam sebelum pertandingan," ujarnya.
Menurut Albertus dalam prosesnya, yang mana dilakukan oleh petugas gabungan saat pertandingan derby Jatim, ada personel yang tidak menjalankan instruksi. Itulah yang kemudian menjadi pertimbangan Kapolri memutuskan mencopot jabatan Kapolres Malang sebagai perwira yang bertanggung jawab.
"Jadi memang ini kondisi-kondisi yang terjadi. Nanti sepulang ke Jakarta kami akan membuat laporan kepada Ketua Kompolnas Pak Mahfud Md yang juga Menkopolhukam," ujarnya.
Menurutnya, dirinya selaku perwakilan Kompolnas yang terjun ke lokasi akan membuat sejumlah rekomendasi untuk disampaikan kepada Mahfud Md selaku Ketua Kompolnas.
"Beberapa rekomendasi akan kami sampaikan, karena kejadian ini menjadi pelajaran, tidak bisa polisi saja yang disalahkan, tetapi ada beberapa aspek seperti ada penyelenggara, Panpel, ada dari LIB, ada juga dari pihak lain," kata Albertus.
Simak Video "Jika Bukan Kanjuruhan, Dimana Kandang Arema?"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/iws)