Kepala SDN 11 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Hartuti, membantah kabar sejumlah siswa dan guru keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia memastikan tak ada warga sekolahnya yang menjadi korban.
"Tidak ada satupun siswa dan guru di SDN 11 Kota Bima yang keracunan setelah mengonsumsi menu MBG," katanya kepada detikBali, Senin (13/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Hartuti membenarkan bahwa penjaga sekolah dan anaknya sempat dilarikan ke RSUD Kota Bima akibat keracunan. Namun, menurutnya, kejadian itu terjadi setelah mereka menyantap menu MBG yang dibawa pulang dari sekolah.
"Kami sudah tanyakan kepada penjaga sekolah. Dan diakui seperti itu," ungkapnya.
Hartuti menegaskan tak ingin memperpanjang persoalan ini. Ia menilai kasus tersebut sudah tuntas karena korban bukan penerima manfaat MBG.
"Persoalan ini sudah clear kemarin. Kami sampaikan tidak ada siswa penerima manfaat MBG yang keracunan. Termasuk guru," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima, Mahfud, mengatakan hasil penelusuran menunjukkan hanya lima siswa SDN 11 Kota Bima mengalami gejala diare ringan. Sementara di SDN 42 Kota Bima, tidak ditemukan kasus serupa.
"Kita sudah cek dan telusuri, yang keracunan kemungkinan mengonsumsi MBG yang dibawa pulang, karena hanya lima orang saja di SDN 11 yang terdampak. Sementara di SDN 42 tidak ada," ujar Mahfud.
Ia menambahkan, yang teridentifikasi keracunan justru orang tua dan saudara siswa yang membawa pulang menu MBG. Mereka dipastikan bukan penerima manfaat program tersebut.
"Yang keracunan orang tua siswa dan saudaranya. Mereka juga bukan penerima manfaat MBG di sekolah," imbuhnya.
Meski demikian, Mahfud memastikan kejadian itu akan tetap menjadi bahan evaluasi. Program MBG, kata dia, selama ini memberikan dampak positif bagi daerah.
"Yang jelas kita evaluasi semuanya. Kita ingin program bisa berjalan lancar dan baik," katanya.
Kepala SPPG atau dapur penyuplai menu MBG untuk SDN 11 dan 42 Kota Bima, Yusuf, menyebut hasil penelusuran mereka juga menunjukkan bahwa korban bukan penerima manfaat MBG.
"Kita sudah pastikan, menu MBG dikonsumsi di luar sekolah dan bukan penerima manfaat," ujarnya.
Sementara itu, salah satu korban keracunan, Yunus, mengaku mengonsumsi menu MBG yang dibawa dari sekolah dan disimpan terlebih dahulu di kulkas sebelum dimakan bersama anaknya di rumah.
"Kemungkinan menu dari tempe. Saya bawa dari sekolah dan dimakan di rumah," katanya.
Setelah makan, Yunus dan anaknya mengalami mual dan diare hingga akhirnya dirawat di RSUD Kota Bima.
"Seperti itu kejadiannya. Lagipula saya dan anak saya juga udah pulih," tandasnya.
Simak Video "Video: Ratusan Siswa di Bojonegoro Keracunan MBG"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)