BPOM Temukan 2 Bakteri pada MBG Setelah 200 Siswa Kupang Keracunan

BPOM Temukan 2 Bakteri pada MBG Setelah 200 Siswa Kupang Keracunan

Simon Selly - detikBali
Senin, 04 Agu 2025 19:26 WIB
BPOM Kupang saat memberikan penjelasan terkait uji sampel MBG yang dikonsumsi Siswa-siswi SMPN 8 Kupang, Senin (4/8/2025). (Simon Selly/detikBali)
Foto: BPOM Kupang saat memberikan penjelasan terkait uji sampel MBG yang dikonsumsi Siswa-siswi SMPN 8 Kupang, Senin (4/8/2025). (Simon Selly/detikBali)
Kupang -

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan bakteri Streptococcus sp pada daging sapi dan Staphylococcus sp pada sayuran dalam sampel makanan bergizi gratis (MBG) di SMPN 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kedua bakteri ini berpotensi menyebabkan diare berat dan gangguan mikrobiota usus.

Hal ini diungkapkan Deputi Pengawasan Pangan BPOM, Erlin Herlina. Erlina menjelaskan uji pangan ini diambil dari sampel MBG tidak berhubungan langsung dengan makanan yang diduga penyebab keracunan pada 21 Juli 2025. Melainkan sampel uji pangan sehari setelah kejadian pada 22 Juli 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sisa makanan yang langsung berhubungan dengan korban tidak ada, sehingga sampel yang kami ambil adalah sampel sisanya atau yang tertinggal," ujar Erlina, Senin (4/8/2025) di SMPN 8 Kupang.

Ia menyebut penyebab 140 anak mengalami keracunan banyak faktor. Namun Erlina tidak menjelaskan faktornya.

ADVERTISEMENT

"Banyak faktor di luar makanan. Karena terjadinya besoknya, maka kita tetap melakukan pengujian dan identifikasi," tambah dia.

Hasil uji pangan menunjukkan dalam daging sapi ditemukan bakteri Streptococcus sp. Bakteri ini yang dapat menyebabkan diare berat. Selain itu, adanya bakteri Staphylococcus pada sayur yang dapat menyebabkan gangguan mikrobiota usus.

"Bakteri yang ditemukan ini mengarah kepada higienis sanitasi di proses pengolahan. Oleh karena itu BPOM merekomendasikan perbaikan cara pengolahan di SPPG," jelasnya.

Erlina meminta seluruh sekolah dapat mengamankan sampel bila terjadi kasus serupa. Ia juga merekomendasikan adanya cek kesehatan untuk penjamah atau pengolah makanan

"Dengan alat pelindung diri yang juga harus digunakan lengkap dengan alur dan tata kelolanya," ujarnya.

Ia menjelaskan BPOM telah mengunjungi langsung Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait dan menyerahkan temuan dan mengeluarkan rekomendasi ke Badan Gizi Nasional (BGN).

Dua Pengujian Sampel

BPOM melakukan dua jenis pengujian yakni uji pangan dari sisa MBG dan uji spesimen muntahan serta feses siswa yang dilakukan Laboratorium Kesehatan Daerah NTT. Temuan bakteri ini dijadikan dasar evaluasi dan rekomendasi ke Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memperbaiki prosedur penyajian makanan di sekolah.

BPOM berbagi sampel pangan diserahkan ke UPT BPOM di Kupang. Sementara uji spesimen muntah dan feses dilakukan di Laboratorium Kesehatan NTT. Erlin menyebut sampel yang mereka teliti adalah yang disimpan SPPG sehari sebelum terjadinya keracunan.

"Kami fokus di uji pangan dengan dua bakteri yang teridentifikasi. Itu dijadikan dasar untuk perbaikan ke belakang. Kita telusuri kira-kira dari mana karena bukan sampel langsung dari korban," terangnya.

MBG Dihentikan Sementara

Sementara itu, Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Roslin Lana, menjelaskan hampir 200 anak yang dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kota Kupang akibat keracunan pada 22 Juli 2025. Beberapa anak mengalami muntah dan BAB berdarah.

"Hingga beberapa hari kemudian pun kondisi ini masih terjadi pada tiga orang anak lainnya di sekolah itu," kata Roslin.

Setelah keluar rumah sakit pun ada beberapa anak yang masih diare dan perut mules, pucat selama beberapa hari. "Dari fakta yang ada, semua anak itu dilarikan ke rumah sakit karena mengonsumsi MBG. Sehingga mereka semua kami larikan ke rumah sakit karena tidak mampu kami tolong," tambah dia.

Ia menyampaikan hingga saat ini belum memberlakukan program MBG lagi bagi siswa-siswi di SMPN 8 Kupang. "Sampai hari ini kita pending. Bukan tolak ya, kita pending sampai kapan hasil evaluasi dari pihak BGN keluar ke kami," tambahnya.

Saat ini para siswa-siswi masih dianjurkan untuk membawa makanan sendiri.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads