Aksi Bupati Lombok Timur, Haerul Warisin alias Bupati Iron, yang mengusir boatman asal Lombok Tengah di kawasan Teluk Ekas Buana, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, viral di media sosial. Tindakan tersebut memicu reaksi dari DPR RI hingga pelaku pariwisata lokal.
Dalam video berdurasi 2 menit 8 detik yang diunggah akun Facebook @Damarwulan Damar, terlihat Bupati Iron mendatangi boatman dan wisatawan mancanegara di Teluk Ekas menggunakan perahu. Ia melarang boatman membawa tamu untuk berselancar di wilayah tersebut jika wisatawan tidak menginap di kawasan Jerowaru, Lombok Timur, Selasa (17/6).
"Kamu dari Lombok Tengah ya, kenapa kamu parkir di sini? Mana tamumu? Bawa tamumu pulang sana. Bawa pulang, nggak boleh ke sini. Berangkat sana, jalan," kata Warisin dalam video, dilihat detikBali, Rabu (18/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan serupa juga disampaikan Bupati dalam bahasa Sasak kepada boatman lain, meminta mereka tidak membawa wisatawan ke Teluk Ekas bila tidak menginap di Jerowaru.
Sebelum peninjauan tersebut, Bupati Iron melakukan rapat koordinasi dengan pelaku wisata di Jerowaru. Salah satu keluhan yang disampaikan adalah rendahnya okupansi penginapan di kawasan itu.
"Tamu di sini selalu ramai untuk berselancar, tapi di tempat kami selalu sepi menginap," ujar Ahmad Zainudin, Manajer Resort Heaven on the Planet Jerowaru, kepada detikBali, Rabu (18/6/2025).
Zain mengatakan, meski Teluk Ekas memiliki spot surfing yang menarik, para tamu enggan menginap karena merasa tidak nyaman dan kerap mendapat diskriminasi dari pemandu asal Lombok Tengah.
"Dari dulu sebenarnya tamu-tamu kami yang menginap sering didiskriminasi, sehingga membuat mereka merasa tidak nyaman. Itu yang kami sampaikan ke Bupati," ucapnya.
Ia juga mengeluhkan buruknya infrastruktur jalan dan minimnya penerangan, dan berharap Bupati dapat mencari solusi.
DPR RI Sesalkan Sikap Bupati Iron
Anggota DPR RI Dapil NTB II, Muazzim Akbar, menyesalkan tindakan Iron. "Saya sudah melihat video itu viral di media sosial. Paling tidak ada semacam koordinasi lah. Karena kita satu tim di NTB ini memajukan pariwisata," ujar Muazzim.
Menurutnya, jika ada persoalan terkait tamu yang tidak menginap, penyampaiannya harus dilakukan secara baik. Ia mencontohkan banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Tiga Gili Lombok namun memilih menginap di Bali. Meski demikian, dampak ekonomi tetap terasa di lokasi tujuan.
"Kalau memang ada masalah, sebaiknya fasilitasi dulu tempatnya agar wisatawan mau menginap. Jangan belum ada fasilitas malah marah-marah," katanya.
Muazzim menilai, jika tindakan Bupati Iron dianggap merugikan pihak lain, maka sebaiknya ia menyampaikan permintaan maaf.
"Saking semangatnya memperjuangkan daerah, kalau diminta minta maaf, Pak Bupati tinggal minta maaf kepada warga yang diusir dari lokasi itu," imbuhnya.
Iron Didesak Minta Maaf
Ketua Sahabat Pariwisata Nusantara (Sapana) Lombok, Rudy, turut mengecam tindakan Bupati Iron. Ia menilai pengusiran boatman justru mencoreng citra pariwisata NTB.
"Dia tidak paham konsep pariwisata. Bagaimana wisatawan mau menginap di Lombok Timur kalau sarana dan fasilitas tidak dibangun," kata Rudy saat dihubungi via telepon.
Menurut Rudy, sektor pariwisata tak seharusnya dibatasi oleh kewilayahan. Ia menilai penyelesaian konflik seharusnya dilakukan secara tertutup, bukan dengan mempermalukan di depan wisatawan.
"Kami mendesak agar bupati meminta maaf kepada pihak yang dirugikan. Ini bisa memperburuk citra pariwisata," ujarnya.
Rudy menyebut sebagian besar wisatawan yang berselancar di Pantai Ekas maupun mendaki Gunung Rinjani umumnya memilih menginap di Kota Mataram, Lombok Tengah, atau kawasan Tiga Gili di Lombok Utara.
(dpw/dpw)