Warga Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki tradisi Hagala atau membagikan uang saat Lebaran. Uang yang dibagikan bervariasi, dari Rp 2 ribu hingga Rp 20 ribu untuk anak-anak per orang. Sedangkan, uang untuk orang dewasa dimulai dari Rp 50 ribu per orang.
Budayawan Bima, Fahru Rizki, menuturkan warga Bima dan Dompu kerap menyebut Lebaran dengan istilah Oru Raja. Menurutnya, oru bermakna musim atau momen, sedangkan raja berarti besar.
"Kosa-kata raja seharusnya dibaca raya. Kata raja serapan dari bahasa Melayu Raya, sehingga oru raja berarti hari raya," ujar Fahru kepada detikBali, Selasa (1/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fahru menuturkan orang Bima dan Dompu juga mengartikan oru raja sebagai satu hari untuk menjadi seorang raja. Biasanya, warga setempat pun mengenakan pakaian serba baru saat momen tersebut.
"Saat Lebaran, seorang raja harus memberi atau berbagi (sedekah) yang biasa disebut Hagala di Bima dan Dompu," imbuhnya.
Fahru menjelaskan Hagala adalah hadiah Lebaran. Pemberian Hagala, dia melanjutkan, sudah menjadi tradisi yang dibawa oleh para saudagar peranakan Arab dan Sulawesi.
"Bahkan di beberapa daerah lain seperti Palu, Kabupaten Sigi, dan Makassar juga ada tradisi Hagala," ujarnya.
Menurut Fahru, dahulu praktik pemberian Hagala hanya dilakukan oleh warga pesisir Bima yang sekarang dikenal sebagai Kampung Melayu. Mereka berkeliling untuk mengunjungi rumah para saudagar atau para tuan yang mapan dan menunggu di depan rumahnya agar diberi kepeng atau uang koin.
"Pada era 1990-an, orang-orang Kampung Melayu berbondong-bondong keliling ke toko-toko di pasar mencari Hagala," tuturnya.
Ia menuturkan kini tradisi Hagala sudah meluas di kalangan masyarakat Bima dan Dompu yang berkecukupan. Mereka membagikan Hagala untuk sanak keluarga dan tetangga yang datang bersilaturahmi seusai melaksanakan salat id.
"Begitupun saat berkunjung ke rumah keluarga di wilayah lain. Hagala sudah dipersiapkan untuk dibagi-bagi," imbuhnya.
(iws/iws)