Aktivitas pertambangan dan alih fungsi lahan yang ugal-ugalan di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebabkan titik mata air berkurang. Bahkan, beberapa di antaranya sampai mengering.
Kepala Divisi Program Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Barat (NTB), Herman, mengungkapkan Bumi Gora kurang lebih memiliki 400 mata air. Sementara di Lombok Timur jumlahnya 216 titik mata air. Datanya ini terus berkurang setiap tahun.
"Itu semua disebabkan karena alih fungsi lahan dan pembangunan yang ugal-ugalan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem," beber Herman ketika diwawancara detikBali, Selasa (11/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Herman, jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka hak warga dalam mengakses air bersih akan hilang dan memperparah krisis air di berbagai wilayah tertentu di Lombok Timur.
Ketua Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam Rinjani (Gempar) Universitas Gunung Rinjani (UGR), Azhar Pawadi, menilai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur belum serius melakukan tata kelola sumber mata air. "Data mata air saja belum diperbarui hingga saat ini, apalagi melakukan penataan dan pemulihan," kata Azhar.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Lombok Timur, Sopyan Hakim, mengatakan akan menanam pohon dalam upaya pemulihan mata air. Pohon kaliandra dan gamal menjadi pilihan.
"Pemkab Lombok Timur akan memprogramkan penanaman pohon Kaliandra dan pohon Gamal. Ini nantinya akan ditanam di areal mata air yang bertujuan untuk menjaga ekosistem dan keberlangsungan mata air kita," jelas Sopyan.
Selain itu, PDAM Lombok Timur juga akan memaksimalkan proses perizinan penggunaan mata air. Tujuannya untuk memperluas jangkauan layanan PDAM, terutama di daerah yang kekurangan air bersih,
"Saat ini kami telah memanfaatkan 20 sumber mata air, dan ke depannya kami akan mengajukan izin untuk pemanfaatan mata air," terang Sopyan.
(iws/iws)