Gunung Lewotobi Laki-laki Naik Status Awas, Ribuan Warga Masih Mengungsi

Gunung Lewotobi Laki-laki Naik Status Awas, Ribuan Warga Masih Mengungsi

Yurgo Purab - detikBali
Kamis, 13 Feb 2025 17:49 WIB
Foto udara suasana posko pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Kobasoma, Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, Sabtu (16/11/2024). Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur menyebutkan saat ini jumlah pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sebanyak 12.366 jiwa yang tersebar di delapan posko pengungsian dan secara mandiri di tenda-tenda swadaya maupun di rumah penduduk. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.
Posko pengungsian erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Flores Timur -

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur kembali berstatus Level IV Awas mulai hari ini, Kamis (13/2/2025). Sebanyak 9.095 warga masih mengungsi, termasuk 432 bayi dan balita.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Flores Timur Hery Lamawuran mengatakan mayoritas pengungsi merupakan pengungsi mandiri, sebanyak 3.033 orang. Sementara itu, 2.062 orang berada di pos pengungsian terpusat.

Hery merinci, jumlah pengungsi di posko pengungsian Desa Konga mencapai 670 jiwa (182 KK), Desa Bokang 396 jiwa (132 KK), Desa Kobasoma 678 jiwa (186 KK), dan Desa Lewolaga 318 jiwa (93 KK).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pos pengungsian Desa Kobasoma 678 jiwa (186 KK), pos pengungsian Desa Lewolaga 318 jiwa (93 KK)," kata Hery kepada detikBali, Kamis sore.

Hery menambahkan, pengungsi mandiri tersebar di delapan kecamatan dan dua pulau di Kabupaten Flores Timur. Sebanyak 37 warga mengungsi di Kecamatan Wulanggitang, 83 warga di Kecamatan Ile Bura, 2.006 warga di Kecamatan Titehena, 233 warga di Kecamatan Demon Pagong, enam warga di Kecamatan Tanjung Bunga, dan 444 warga di Kecamatan Larantuka.

"81 warga mengungsi di Kecamatan Ile Mandiri, 51 warga mengungsi di Pulau Adonara dan 23 warga mengungsi di Pulau Solor," imbuhnya.

Selain bayi dan balita, terdapat 28 ibu hamil, 51 ibu menyusui, 634 lansia, dan 13 penyandang disabilitas di pengungsian.

Sementara itu, 761 warga menempati rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun oleh TNI, terdiri atas 444 warga Desa Dulipali dan 315 warga Desa Klatanlo.

Hery menyebut jumlah kasus penyakit di kalangan pengungsi mencapai 7.010 kasus. Penyakit tertinggi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak 2.625 kasus, diikuti hipertensi (390) dan dermatitis (382).

Selain itu, pengungsi juga mengalami myalgia (280), dyspepsia (256), demam (248), common cold (232), gastritis (221), luka (209), rhinofaringitis (148), diare (131), gingivitis (126), faringitis (125), sakit kepala (99), arthralgia (88), influenza (77), konjungtivitis (71), gastroenteritis (57), alergi (47), pulpitis (40), serta penyakit lainnya sebanyak 1.158 kasus.

"Athralgia (88), influenza (77), konjungtivitis (71), Ggtroenteritis (57), alergi (47), pulpitis (40), penyakit lainnya 1.158," tandasnya.




(dpw/hsa)

Hide Ads