Bencana banjir dan tanah longsor di Kecamatan Wera dan Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (2/2/2025) menimbulkan dampak besar. Nilai kerugian akibat bencana alam itu ditaksir mencapai Rp 75 miliar.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima yang dihimpun pada Selasa, (4/2/2025) pukul 17.00 Wita, banjir dan tanah longsor menerjang empat desa di Kecamatan Wera dan lima desa di Kecamatan Ambalawi.
"Di Kecamatan Wera meliputi Desa Nanga Wera, Wora, Nunggi, dan Oi Tui. Sementara di Kecamatan Ambalawi, yakni Tolowata, Rite, Nipa, Mawu, Talapiti, dan Kole," ujar Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bima, Nurul Huda, kepada detikBali, Selasa, (4/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nurul, banjir dan tanah longsor itu merenggut tiga nyawa dan lima orang hilang. Lima warga yang hilang masih dicari oleh tim search and rescue (SAR) gabungan meliputi SAR Bima, BPBD, Tagana,TNI, Polri, dan sukarelawan.
Total ada sebanyak 577 jiwa yang terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Bima. Sebanyak 270 rumah terendam banjir. Sebanyak juga 19 rumah rusak akibat bencana itu, terdiri dari delapan terbawa arus banjir, lima tertimbun tanah longsor, satu toko dan unit garasi mobil.
Sementara infrastruktur umum yang terdampak, yakni enam jembatan rusak berat dan satu badan jalan lintas Wera-Kota Bima terkikis. Kemudian, saluran irigasi sepanjang 400 meter jebol. Enam bendungan di Desa Nanga Wera dan satu buah di Desa Nipa turut jebol.
Selanjutnya, satu gedung serba guna rusak. Talud sekolah menengah pertama (SMP) Muhammadiyah roboh 10 meter. Talud pemukiman warga sepanjang 6 meter rusak. Kemudian, lahan padi seluas 40 hektare tertimbun material banjir.
"Nilai kerugian awal ditaksir mencapai Rp 75 miliar. Cakupannya dari nilai kerugian bangunan (rumah warga) hingga kerusakan infrastruktur. Data dampak banjir dan longsor ini akan terus diperbarui," jelas Nurul.
(hsa/dpw)