Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), tengah memetakan titik drainase yang berpotensi rawan banjir. Apalagi ukuran drainase di sejumlah titik kecil dan dipenuhi sampah hingga sedimentasi.
"Ada sekitar 15 titik yang rawan dan kebanyakan berada di wilayah selatan Kota Mataram, seperti di Karang Pule, Pagesangan Timur, hingga Babakan. Titik-titik (rawan) itu tersebar," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Lale Widiahning, saat dikonfirmasi di Mataram, Senin (27/1/2025).
Lale menuturkan Pemkot Mataram telah melakukan perbaikan sejumlah drainase yang masuk kategori kawasan rawan sampah dan sedimentasi sepanjang 2024, "Kami konsentrasi pada pembersihan sedimen, perbaikan tetap ada pada spot-spot drainase yang menurut kami harus (segera) diperbaiki," jelas Lale.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Lale, Pemkot Mataram saat ini hanya bisa melakukan pemeliharaan, seperti pengangkatan sedimen di sejumlah titik drainase yang rawan. Hal ini dilakukan karena minimnya anggaran untuk perbaikan drainase secara menyeluruh.
"Nanti kami push (dorong) di ABT (anggaran belanja tambahan), (saat ini) kami berbagi dengan proyek besar-besar (dahulu). Mudah-mudahan nanti ada surplus dari pajak kita atau ada transfer dari provinsi atau mungkin dari dana lain sehingga nanti kami bisa mengerjakan saluran (drainase yang rusak)," imbuh Lale.
Pemkot Mataram menganggarkan sekitar Rp 12 miliar untuk perbaikan jalan, pemeliharaan drainase, pembebasan lahan hingga gaji buruh pada 2025. "Dana ini sudah termasuk pembebasan lahan di pinggir Kali Unus untuk (perbaikan) drainase," ucap Lale.
Sebagai informasi, sejumlah titik drainase di Mataram tidak bisa menampung air dengan maksimal ketika musim hujan tiba lantaran banyaknya sampah dan sedimentasi. Akibatnya, air hujan serta sampah meluap ke jalan atau permukiman penduduk. Contohnya seperti di Jalan Lingkar Selatan, Babakan, Pagutan dan beberapa titik jalan lain.
(hsa/gsp)