Umat Katolik di Nusa Tenggara Timur (NTT) kebanyakan lebih memilih mengikuti misa Paus Fransiskus di Timor Leste daripada ke Jakarta. Faktor jarak dan akomodasi menjadi faktor utama. Misa akbar Paus Fransiskus dijadwalkan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, Kamis (5/9/2024). Kemudian, Paus akan berkunjung ke Timor Leste pada 9-11 September 2024.
"Kami mengharapkan memang sebanyak mungkin umat ke Jakarta memang itu wilayah kami. Namun, pertimbangan jarak dan juga akomodasi ke Jakarta yang relatif agak mahal, umat memilih ke Timor Leste," ujar Uskup Agung Kupang, Monsinyur (Mgr) Hironimus Pakaenoni, Kamis.
Meski begitu, ada sebagian umat yang tetap berangkat ke Jakarta. Hironimus berharap perjalanan pelayanan Paus Fransiskus di Indonesia maupun Timor Leste berjalan lancar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harapkan tidak ada kendala dan salah satu misi kedatangan bapa Paus juga sebagai bentuk membangun perdamaian," imbuhnya.
Hironimus mengatakan NTT dan Timor Leste memiliki sejarah yang tak terlupakan di mana karena pernah menjadi bagian dari Indonesia. Timor Leste juga berbatasan wilayah darat dengan NTT sehingga aksesnya tidak terlalu sulit.
"Indonesia dan Timor Lesta punya masa lalu. Namun, kunjungan Paus di Timor Leste ini membuat semakin damai antara Indonesia, khususnya NTT," urai dia.
Menurut Hironimus, kunjungan Paus Fransiskus yang disambut antusias menunjukkan pemimpin umat Katolik yang universal. "Dalam konteks gereja universal, di mana saja Bapa Paus berada, umat Katolik bisa datang ke situ," tegas Hironimus.
Baca juga: Perjalanan Misa ke Dili yang Dituntun Tuhan |
Diberitakan sebelumnya, pemohon paspor di Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua, NTT, meningkat tiga kali lipat menjelang kunjungan Pimpinan Gereja Tertinggi Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, ke Timor Leste. Paus Fransiskus rencananya berkunjung ke Timor Leste pada 9 sampai 11 September 2024.
"Untuk permohonan paspor mengalami tren peningkatan tiga kali lipat," ujar Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua, Indra Maulana, kepada detikBali, Rabu (4/9/2024).
Indra menjelaskan tren peningkatan pemohon paspor di Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua terjadi sejak Mei hingga akhir Juli 2024. Pemohon sudah mengalami penurunan sejak Agustus hingga awal September.
"Biasanya kalau normalnya dalam sehari itu cuman 20 pemohon saja, tetapi sejak Mei hingga Juli itu meningkat, yaitu 50-70 pemohon," jelas Indra.
Menurut Indra, peningkatan pemohon itu disebabkan karena adanya edaran berupa surat imbauan dari Keuskupan Atambua kepada umat Katolik agar mempersiapkan kelengkapan dokumen sebelum berangkat ke Timor Leste. "Jadi itu yang membuat masyarakat akhirnya cepat membuat paspor begitu," ungkap Indra.
(hsa/hsa)