Hasil Seleksi Akpol Tuai Protes, Polda NTT Bantah Isu KKN

Hasil Seleksi Akpol Tuai Protes, Polda NTT Bantah Isu KKN

Yufengki Bria - detikBali
Senin, 08 Jul 2024 16:51 WIB
11 calon taruna Akpol lulus selesi panitia daerah Polda NTT. (Dok. Humas Polda NTT.
Foto: 11 calon taruna Akpol lulus selesi panitia daerah Polda NTT. (Dok. Humas Polda NTT)
Kupang -

Sebanyak 11 orang calon taruna (catar) di Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) dinyatakan lulus seleksi Akademi Kepolisian (Akpol) 2024. Di antara mereka, hanya empat orang merupakan warga asli NTT. Polda NTT membantah isu dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam perekrutan calon taruna Akpol.

Adapun 11 calon taruna Polda NTT tersebut antara lain, Yudhina Nasywa Olivia (perempuan, Arvid Theodore Situmeang, Reynold Arjuna Hutabarian, Mario Christian Bernalo Tafui, Bintang Lijaya, Ketut Arya Adityanatha, Brian Lee Sebastian Manurung, Timothy Abishai Silitonga, Mochammad Rizq Sanika Marzuki, Madison Juan Raphael Kana Silalahi, dan Lucky Nuralamsyah.

"Empat orang itu lahir dan besar di sini. Sedangkan lima orangnya merupakan pendatang tapi menetap di NTT karena orang tuanya bekerja di sini juga," ujar Kabid Humas Polda NTT Kombes Ariasandy saat diwawancarai detikBali di kantornya, Senin (8/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ariasandy menjelaskan belasan catar itu masuk kuota penerimaan dari NTT yang terbagi dalam dua kuota, yakni, kuota reguler ada enam orang dan kuota Mabes Polri lima orang. Menurut Ariasandy, kuota reguler tersebut direkrut berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Polda NTT tahun anggaran 2024.

"Mereka semua itu anak-anak dari NKRI, bukan dari negara mana pun," jelas Ariasandy.

ADVERTISEMENT

Ariasandy menegaskan dalam perekrutannya, Polda NTT melaksanakannya secara adil, merata dan transparan tanpa diintervensi oleh siapapun. Sebab, Ariasandy berujar, pendaftaran Akpol terbuka untuk siapa saja, selama mereka memenuhi persyaratan.

"Saya tegaskan, dalam proses dan seleksi Akpol ini diawasi ketat oleh pengawas internal, baik dari Polda NTT maupun Mabes Polri dan ada pengawas eksternal dari berbagai komponen masyarakat," tegasnya.

Persyaratannya, Ariasandy melanjutkan, bisa dilihat di website resmi milik Polri yang bisa diakses oleh semua kalangan dengan syarat utamanya adalah WNI dan memiliki KTP sesuai domisili daerah pendaftaran.

"Semua bisa daftar, mau dari provinsi manapun bebas mendaftar. Yang tidak bisa itu, kecuali dia bukan orang Indonesia," terang Ariasandy.

Ariasandy membantah isu yang menyebar dalam seleksi tersebut adanya nepotisme. Bahkan, Ariasandy menegaskan, Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga pun tak bisa mengintervensi proses seleksi.

"Bagaimana mau intervensi, kan tidak ada celah, karena hasil tesnya langsung diumumkan saat itu. Semuanya terbuka dan melihat langsung. Sangat kecil untuk kami intervensi proses seleksinya," bebernya.

Menurut Ariasandy, mereka yang dinyatakan lulus pun sudah berulangkali mengikuti seleksi Akpol. Sehingga, mereka itu sudah punya pengalaman yang mumpuni seperti Arvid Theodore Situmeang yang merupakan catar dengan nilai tertinggi, itu sudah ikut seleksi dua kali baru lulus.

"Saya tidak bisa rincikan satu-satu, tapi banyak yang sudah ikut tes dua sampai tiga kali baru bisa lolos," katanya.

Dia berharap diksi yang berkembang dengan menyeret suku pendatang segera dihindari. Sebab, para lulusan itu akan ditempatkan di semua seluruh provinsi di Indonesia.

Sebelumnya, Ombudsman Perwakilan NTT juga menyoroti hasil rekrutmen calon taruna Akpol. Ombudsman menyinggung keadilan sosial dalam kelulusan calon taruna Akpol tersebut.

"Ini bukan soal anak-anak NTT mampu atau tidak mampu bersaing, tetapi lebih kepada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hal yang sering diucap Presiden Jokowi untuk membandingkan wilayah Barat dan Timur," ujar Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton, kepada detikBali, Minggu (7/7/2024).

Darius mengungkapkan ocehan, sindiran, dan umpatan sangat ramai di medsos dan grup WhatsApp terkait pengumuman nama-nama calon taruna Akpol asal panitia daerah Polda NTT 2024. Pasalnya, dari 11 nama yang diumumkan, tak nampak nama marga asal NTT.

"Saya pun ikut diserbu pesan via WA dan colekan di media sosial yang berisi protes dan meminta agar cek kembali apa yang terjadi dengan panitia daerah Polda NTT," jelas Darius.

Namun, Darus belum bisa menjawab ada atau tidaknya nepotisme dalam seleksi calon taruna Akpol 2024 di NTT. "Saya hanya bisa menyampaikan ya saya telah mencermati semua suara publik hari ini dan ikut prihatin. Saya juga telah meneruskan protes ini ke Irwasda Polda NTT," ujar Darius.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads