Sumba merupakan sebuah pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau ini terkenal dengan pemandangannya yang indah dan eksotis. Bukan hanya itu, Pulau Sumba juga memiliki warisan budaya yang masih dijaga hingga saat ini.
Sumba memiliki penduduk asli yang disebut dengan Suku Sumba. Suku Sumba mampu mempertahankan kebudayaan aslinya yang unik sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang berkunjung ke Sumba.
Bagaimana asal mula munculnya Suku Sumba? Mari simak penjelasan mengenai sejarah, tradisi, pakaian adat, dan rumah adat dari Suku Sumba di bawah ini.
Sejarah Suku Sumba
![]() |
Suku Sumba dikenal juga sebagai orang Marapu. Suku asli dari Pulau Sumba ini dikenal dengan keunikan budayanya, kepercayaan tradisional, serta kerajinan tangan yang sangat indah.
Menurut sejarahnya, Suku Sumba sudah tinggal di Pulau Sumba selama ribuan tahun. Selama ribuan tahun menempati pulau tersebut, Suku ini telah melahirkan kekayaan budaya yang sangat berlimpah.
Para ahli genetika meyakini bahwa Suku Sumba ini pertama kali menempati Pantai Utara Pulau Sumba pada masa Neolitikum yaitu sekitar tahun 4.000 sebelum masehi. Struktur dari megalitikum ini sudah ada sejak dahulu hingga sekarang oleh orang-orang yang kehidupannya selaras dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi Suku Sumba
![]() |
Sumba memiliki tradisi yang sangat unik yang hanya dapat ditemui ketika berkunjung ke Sumba. Berikut ini kami merangkum lima tradisi Sumba yang unik.
1. Tradisi Seserahan Belis
Seserahan Belis ini merupakan tradisi seserahan dalam pernikahan di Sumba. Di tradisi ini, laki-laki yang ingin menikahi wanita Sumba wajib untuk memberikan sejumlah hewan ternak sebagai seserahan. Hewan yang biasa diserahkan dari tradisi Belis ini biasanya kerbau, sapi, babi, hingga kuda Sandalwood atau Pasola.
2. Upacara Kematian Marapu
Dalam tradisi ini, jenazah orang yang sudah meninggal disimpan dengan cara duduk menyerupai keadaan semula ketika masih dalam kandungan. Karena menurut kepercayaan Marapu, seseorang yang sudah meninggal kembali ke negeri leluhur.
3. Tradisi Pahilir
Pahilir dalam Bahasa Indonesia artinya menghindar. Tradisi Pahilir ini adalah tradisi yang tidak mengijinkan orang tua dan menantu yang berlawanan jenis untuk melakukan kontak fisik. Hal tersebut juga berlaku bagi saudara ipar dari kedua mempelai.
4. Tradisi Heringu Kanigi
Tradisi Heringu Kanigi dilakukan setiap musim tanam padi tiba. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yaitu para ibu-ibu akan mengiringi proses penanaman padi dengan nyanyian.
5. Tradisi Makan Sirih Pinang atau Happa
Tradisi makan sirih pinang atau happa ini yaitu tradisi yang saling menyuguhkan sirih dan pinang dan kemudian dikunyah dengan bersamaan oleh orang yang disuguhi ataupun menyuguhi.
Pakaian Adat Suku Sumba
![]() |
Setiap daerah pasti memiliki baju adat daerah tersendiri. Suku Sumba memiliki pakaian adat yang bernama hinggi untuk laki-laki dan lau untuk perempuan.
Untuk pakaian laki laki atau hinggi meliputi dua helai hinggi (satu di pinggang dan satu di pundak), kambala (ikat kepala), ruhu banggi (ikat pinggang dari lilitan tali), ikat pinggang kulit, kabiala (parang di pinggang), dan kalumbutu (tempat sirih pinang di sebelah kanan pundak).
Kemudian untuk pakaian adat wanita atau lau, biasanya dikepit di bawah ketiak kiri seperti kemben atau disangkutkan di pundak kiri.
Rumah Adat Suku Sumba
![]() |
Pulau Sumba yang terletak di NTT ini memiliki rumah adat yang sangat unik. Rumah adat Sumba dikenal dengan sebutan Uma Bokulu atau Uma Mbatanggu. Uma Bokulu artinya rumah besar dan Uma Mbatangu artinya rumah menara.
Rumah adat Sumba memiliki ketinggian mencapai 30 meter. Rumah adat Sumba dipenuhi dengan nilai-nilai filosofis dan berdiri mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum.
Rumah adat Sumba memiliki tiga bagian yaitu menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah rumah. Menara yang ada di rumah adat Sumba melambangkan para roh yang memiliki kedudukan tinggi. Bagian utama melambangkan tempat pemujaan sekaligus tempat hunian dan menjadi tempat beraktivitas sehari-hari. Dibagian inilah menjadi tempat perapian atau dapur dan terletak diantara 4 pilar utama.
Bagian bawah dari rumah adat Suku Sumba menjadi tempat bagi hewan peliharaan serta roh jahat yang ada di rumah.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)