Populasi Bertambah, Kini Ada 3.396 Kadal Raksasa Huni Pulau Komodo

Populasi Bertambah, Kini Ada 3.396 Kadal Raksasa Huni Pulau Komodo

Ambrosius Ardin - detikBali
Selasa, 02 Apr 2024 19:21 WIB
Seekor komodo di Taman Nasional Komodo yang dilindungi.
Foto: Seekor komodo di Taman Nasional Komodo yang dilindungi. (Istimewa)
Manggarai Barat -

Populasi komodo di Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkat pada 2023. Sempat turun pada 2022, populasi komodo bertambah 240 ekor pada 2023, sehingga keseluruhan menjadi 3.396 ekor.

"Populasi komodo tahun 2023 sebanyak 3.396 individu," ungkap Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga, Selasa (2/4/2024).

Populasi komodo pada 2023 menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. Jumlah komodo terus meningkat sejak 2018 hingga 2021. Jumlahnya menurun pada 2022, namun kembali naik pada 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2018 hanya terdapat 2.897 komodo di Taman Nasional Komodo. Populasi kadal raksasa itu bertambah pada 2019 menjadi 3.022 ekor; 2020 (3.163); 2021 (3.303); dan 2022 (3.156)

Hendrikus mengatakan naik turunnya populasi komodo adalah suatu hal yang wajar terjadi di alam liar. Sepanjang populasinya tidak naik signifikan atau turun drastis dalam beberapa tahun secara berturut-turut.

ADVERTISEMENT

"Selama tidak terjadi kenaikan drastis yang terjadi selama beberapa tahun berturut-turut atau penurunan terus-menerus, maka tidak perlu ada kekhawatiran ataupun euforia yang berlebihan," ujar Hendrikus.

Ia menyebut sejumlah faktor yang bisa menjadi sebab terjadinya peningkatan populasi komodo. Populasi meningkat bisa disebabkan banyak komodo betina yang bereproduksi pada beberapa tahun sebelumnya. Bisa juga karena tingkat keberhasilan hidup anakan yang cukup tinggi. Faktor lainnya adalah ketersediaan hewan yang menjadi mangsanya.

"Tentunya juga bisa disebabkan oleh ketersediaan pakan yang memadai," terang Hendrikus.

Untuk mengetahui faktor yang paling memengaruhi peningkatan populasi komodo diperlukan penelitian yang intensif. Namun, karena saat ini dinilai tidak ada kondisi yang mengkhawatirkan, maka kajian tersebut belum menjadi prioritas.

"Meskipun demikian pemantauan rutin terkait kondisi pakan, aktivitas reproduksi betina tetap dilakukan oleh pihak Balai Taman Nasional secara rutin setiap tahunnya, sebagaimana merupakan kewajiban dan tanggung jawab Balai Taman Nasional Komodo, dan juga sebagai upaya antisipasi jika terjadi hal-hal yang perlu mendapat perhatian dengan segera," urai Hendrikus.

Saat populasi komodo menurun pada 2022, Hendrikus mengaku bersyukur. Sebab, jika jumlah ora -sebutan komodo oleh warga setempat- terus meningkat, suatu saat populasi hewan itu akan menurun signifikan karena ketiadaan makanan.

"Kami bersyukur terjadi penurunan karena kalau naik terus bisa terjadi population crash atau persaingan antarkomodo, terjadi saling makan antarmereka," tandas Hendrikus.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads