Kisah Siswi Broken Home: Jadi Buruh Tani, Kini Lolos SNBP 2024

Kisah Siswi Broken Home: Jadi Buruh Tani, Kini Lolos SNBP 2024

Rafiin - detikBali
Senin, 01 Apr 2024 09:15 WIB
Bintang Fairus, siswi broken home yang lolos SNBP 2024. (Foto: Istimewa)
Bintang Fairus, siswi broken home yang lolos SNBP 2024. (Foto: Istimewa)
Bima -

Hasil Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024 telah diumumkan, belum lama ini. Salah satu siswa yang lolos masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur prestasi itu adalah Bintang Fairus, anak broken home yang bekerja sebagai buruh tani untuk menyambung hidup sehari-hari.

Bintang merupakan satu dari 28 siswa SMAN 1 Madapangga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dinyatakan lolos SNBP 2024. Siswi yang beranjak usia 17 tahun tersebut diterima di Universitas Negeri Makassar (UNEM) jurusan Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik).

"Lolos SNBP 2024 di UNEM dengan nilai rapor rata-rata 90 selama lima semester," tutur Bintang kepada detikBali, Minggu, (31/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak mudah bagi Bintang untuk bisa lolos SNBP 2024. Pasalnya, ia harus melewati perjuangan selama bertahun-tahun. Bahkan, ia juga selalu dibayangi masalah kedua orang tuanya yang memutuskan untuk bercerai sejak dirinya masih bayi.

"Sejak bayi ibu dan bapak pisah. Mulai saat menyusui saya tinggal bersama nenek di Desa Campa, Kecamatan Madapangga," katanya.

ADVERTISEMENT

Tinggal satu atap dengan neneknya bernama Hasnah (70) memaksa Bintang untuk membantu perekonomian agar bisa bertahan hidup. Bintang pun mencari penghasilan tambahan di luar jam sekolah dengan menjadi buruh tani. "Sejak SMP sampai sekarang saya membantu nenek menggarap sawah," imbuhnya.

Bintang mengaku jarang mendapat uang jajan dari kedua orang tuanya. Apalagi, ayah dan ibunya saat ini sudah memiliki keluarga dan kehidupannya masing-masing. Sang ayah menikah lagi dan tinggal di Papua. Ibu Bintang juga menikah lagi dan tinggal di Desa Campa.

"Saya juga tidak mau membebani mereka karena sadar ibu dan bapak saya sudah ada kehidupan dan keluarganya masing-masing," ujarnya.

Raih Berbagai Prestasi

Meski dalam keterbatasan ekonomi dan hanya tinggal bersama neneknya, Bintang tak menyerah untuk mengukir prestasi. Sejak duduk di bangku SD hingga SMA, ia aktif mengikuti berbagai kejuaraan dan lomba tari hingga puisi.

"Piagam penghargaan lomba tari dan baca puisi sejak SD hingga SMA banyak di rumah," ujar siswa jurusan IPA itu.

Berbagai lomba atau kejuaraan yang diikuti Bintang berskala lokal, regional, nasional, hingga internasional. Saat duduk di bangku SMA, ia berhasil meraih juara 1 lomba puisi tingkat Provinsi NTB.

"Juga juara 1 baca puisi tingkat nasional dan masuk 10 besar lomba tari tingkat Internasional yang digelar secara online di Italia," ungkapnya.

Selain itu, Bintang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan berorganisasi dengan menjadi anggota OSIS di sekolah. "Jarak sekolah dari rumah sekitar 10 kilometer dengan menempuh waktu selama 30 menit, berangkat sekolah jam 6 pagi dan pulang pukul 3 sore. Setelah Ashar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler," kata dia.

Kerap Dirundung

Bintang menuturkan dirinya kerap diremehkan dan dirundung oleh siswa lainnya. Beberapa siswa menyebut prestasi yang diraih Bintang itu tidak layak didapatkannya.

"Sering diremehkan dan di-bully, karena mungkin saya dianggap tinggal di desa terpencil dan pelosok," katanya.

Tak hanya itu, Bintang juga dicap sebagai perempuan tidak baik oleh tetangganya di kampung. Musababnya, Bintang selama ini sering pulang malam-malam di rumah.

"Karena pulang malam setelah latihan tari dan puisi di sekolah, dianggap cewek yang tidak baik. Keluyuran sana sini tanpa ada pengawasan orang tua," keluh Bintang.

Rundungan dan cap negatif itu tak menyurutkan semangat Bintang untuk terus belajar. Nenek yang mengasuhnya sejak kecil juga terus menguatkan dan memotivasi Bintang.

"Saya harus membuktikan bahwa anak kurang mampu dan broken home seperti saya harus bisa sukses," pungkasnya.




(iws/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads