Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar aksi seribu lilin di depan Kantor Polres Flores Timur, Sabtu (23/3/2024). Mereka menuntut keadilan bagi LO yang tewas terjatuh dari atas motor saat diamankan Satresnarkoba karena membawa sabu-sabu seberat 13,45 gram.
Para mahasiswa itu melakukan long march dari depan Patung Bunda Reinha Rosari Larantuka menuju Patung Herman Fernandez. Setelah itu, mereka mengarah ke depan Polres Flores Timur untuk menggelar aksi bakar seribu lilin.
Pantauan detikBali, mereka menggelar aksi diam sembari membentangkan poster dan spanduk berisi desakan agar LO mendapat keadilan. Beberapa tulisan yang terpajang di poster, antara lain 'Kapolres Flotim tunjukan olah TKP almahrum LO', 'Mosi tidak percaya Polres Flotim', 'Tuntut keadilan untuk almahrum LO'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapolres Flores Timur AKBP I Nyoman Putra Sandita tak mempermasalahkan aksi diam yang dirangkai dengan bakar lilin oleh puluhan mahasiswa tersebut. Dia mengapresiasi keberanian para mahasiswa itu lantaran berani menyampaikan aspirasi ke Polres Flores Timur.
"Ini gambaran anak muda penerus bangsa yang bisa menjaga lewotanah (kampung halaman) ke depan," kata Sandita di hadapan massa aksi.
Salah satu peserta aksi, Yulius Ninu Badin, mengungkapkan tak ada orasi yang dilakukan dalam aksi diam tersebut. Menurutnya, pamflet-pamflet yang dibawa massa aksi sudah cukup berbicara terkait aspirasi mereka.
"Mendesak kapolres agar segera tindak tegas personel kepolisian yang melakukan penangkapan tidak sesuai SOP atau karena lalai dan alap menyebabkan LO meninggal dunia," kata Yulius.
Sebelumya, LO ditangkap polisi karena membawa 19 paket diduga sabu, Sabtu (9/3/2024). Pria asal Desa Lewonara, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, itu diamankan Satresnarkoba Flores Timur sekitar pukul 15.30 Wita di jalan dekat Kantor PLTD Terong, Desa Terong, Kecamatan Adonara Timur.
Selain mengamankan sabu seberat 3,21 gram, polisi juga menyita uang tunai Rp 6 juta lebih, satu buah pemantik, dua pipet kaca, handphone (HP), dan satu tas hitam. Saat perjalanan kembali ke Larantuka, LO dibonceng dua petugas menggunakan sepeda motor.
"LO mengamuk dan berusaha melawan petugas dan langsung melompat dari sepeda motor sehingga jatuh. Kepalanya terbentur di aspal dan tidak sadarkan diri," kata Sandita, Minggu (10/3/2024).
LO, Sandta melanjutkan, dibawa ke puskesmas terdekat untuk penanganan medis. Karena kritis, LO dirujuk ke RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka. LO dinyatakan meninggal dunia pukul 17.45 Wita, Minggu (10/3/2024).
(iws/iws)