Kisah pilu dialami seorang bocah berisinial MS di RT 08, RW 04, Dusun 02, Desa Oelfatu, Kecamatan Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). MS tewas akibat rumahnya tertimpa pohon kelapa dan pohon kapuk.
Peristiwa rumah tertimpa pohon itu terjadi pada Selasa (12/3/2024) sekitar pukul 21.00 Wita. "Korban tewas karena tertindih pohon kelapa yang buahnya banyak," ungkap Kepala Pos Polisi (Kapospol) Soliu Aipda Johanis Gareths Lerik kepada detikBali, Rabu (13/3/2024).
Johanis menjelaskan kejadian itu berawal saat bocah berusia enam tahun itu tidur bersama nenek di rumahnya. Tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang yang mengakibatkan pohon kapuk dekat rumahnya tumbang lalu mengenai pohon kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pohon kelapa yang ikut tumbang langsung menindih kamar bagian belakang yang dihuni oleh MS bersama adik dan neneknya. Seusai kejadian tersebut, paman MS, Yohanis Lakusaba, langsung melakukan pengecekan.
Yohanis kaget ketika melihat atap rumah hingga kamar sudah rubuh. Yohanis lantas memastikan ponakannya itu. Ternyata, MK dalam kondisi tertindih pohon kelapa beserta buahnya.
Setelah itu, Yohanis mengangkat tubuh MK dan menyerahkan kepada ibunya. Namun, akhirnya MK menghembuskan nyawanya dalam gendongan ibunya.
"Dalam insiden itu, adik MS bersama omanya dalam keadaan selamat," tutur Johanis.
Johanis mengungkap dari hasil pemeriksaan medis dari Puskemas Pembantu (Pustu) Desa Oelfatu, MS mengalami sejumlah luka pada bagian punggung, kaki kanan, dada, dan bagian perutnya memar, serta bengkak.
"Diduga korban meninggal dunia karena terkena benturan keras," ungkapnya.
Johanis menerangkan polisi bersama warga setempat sudah membersihkan dan mengevakusi pohon kelapa dan kapuk yang tumbang. Rumah itu juga sudah diperbaiki dengan bahan seadanya.
"Saya mengimbau kepada masyarakat Amfoang Barat Laut agar selalu waspada terkait cuaca ekstrem karena dapat menyebabkan longsong, banjir, pohon tumbang dan kejadian tak terduga," pinta Johanis.
20 Wilayah di NTT Kena Cuaca Ekstrem
Sebanyak 20 kabupaten dan kota di NTT terkena cuaca ekstrem selama sepekan sejak 8 sampai 14 Maret 2024. Cuaca ekstrem terjadi karena NTT terkena dampak tidak langsung dari bibit siklon yang terjadi didekat wilayah Austronesia.
"Untuk itu, kita kena dampak hujan lebat dan angin, yang bisa berdampak banjir dan longsor," ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Ambrosius Kodo melalui sambungan telepon, Rabu (13/3/2024).
Ambrosius menambahkan 20 kabupaten dan kota yang terkena dampak cuaca ekstrem yakni Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Manggarai, Lembata, Timur Tengah Selatan (TTS), Belu, Rote Ndao, Timur Tengah Utara (TTU), Sumba Barat Daya, Malaka.
Selain itu, cuaca ekster juga terjadi di Kabupaten Sumba Timur, Ngada, Ende, Nagekeo, Sumba Tengah, Manggarai Barat, Sikka, Manggarai Timur, Kabupaten Flores Timur dan Sabu Raijua.
Akibat cuaca ekstrem yang terjadi, beberapa daerah mengalami bencana alam seperti banjir dan longsor hingga banjir rob yang menggenangi rumah warga. Ada juga kapal dengan puluhan penumpang yang terbalik akibat cuaca ekstrem.
Ambrosius mengimbau kepada masyarakat agar mengantisipasi cuaca ekstrem di wilayah NTT. "Masyarakat harus tetap waspada, dan terus memantau informasi yang dikeluarkan oleh BPBD, berkaitan dengan cuaca serta dampaknya," pintanya dia.
Ia menambahkan, BPBD NTT juga terus mengimbau kepada masyarakat melaluinya situs Si Aga. "BPBD NTT, juga terus mengimbau kepada masyarakat melalui imbauan Si Aga, jika terjadi potensi cuaca ekstrem yang dikeluarkan BMKG." urainya.
(hsa/dpw)