Inflasi NTT 2023 di Bawah Target Nasional, Pj Gubernur Beber Kuncinya

Inflasi NTT 2023 di Bawah Target Nasional, Pj Gubernur Beber Kuncinya

Simon Selly - detikBali
Selasa, 23 Jan 2024 10:31 WIB
Pj Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake (tengah) didampingi Sekda NTT Kosmas D. Laba (kiri) dan Staf Khusus Pj Gubernur NTT, Prof Alo Liliweri, Senin (22/1/2024). (Simon Selly)
Foto: Pj Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake (tengah) didampingi Sekda NTT Kosmas D. Laba (kiri) dan Staf Khusus Pj Gubernur NTT, Prof Alo Liliweri, Senin (22/1/2024). (Simon Selly)
Kupang -

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil menekan angka inflasi lebih rendah dari inflasi secara nasional pada 2023. Inflasi di NTT mencapai 2,42 persen sejak Desember 2023, sedangkan secara nasional mencapai 2,61 persen.

"Capaian ini sangat baik. Jika dibandingkan dengan inflasi NTT Desember 2022 yang mencapai 6,6 persen di atas inflasi nasional yang sebesar 5,4 persen," ujar Pejabat (Pj) Gubernur NTT Ayodhia G. L. Kalake kepada awak media, Senin (22/1/2024).

Ayodhia mengatakan capaian tersebut berkat terjaganya harga serta ketersediaan bahan pokok dan sistem distribusi yang turut terjaga ke semua wilayah di NTT. Selain itu, didukung dengan terbayarnya Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) secara penuh selama 2023. Serta digunakannya dukungan dana belanja tak terduga (BTT) untuk membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayodhia menyebut berdasarkan data tahun 2022, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial, berkontribusi 12,82 persen terhadap produk domestik regional bruto NTT.

"Di tahun 2024, Pemprov NTT tetap berkomitmen untuk memprioritaskan pembayaran TPP dan mendorong penggunaan dana BTT secara optimal untuk pengadaan bahan pangan, gerakan pangan murah, subsidi transportasi untuk mendukung distribusi dari daerah, dari surplus ke defisit, apabila sewaktu-waktu dibutuhkan," ujar Ayodhia.

Selain itu, tercatat ada tiga kota di NTT yang tingkat inflasi tinggi sesuai standar pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK). Di antaranya Kota Kupang, Waingapu, dan Maumere.

Ayodhia menambahkan lima penyumbang inflasi di NTT pada Desember 2023 adalah komoditi adalah cabai rawit, tarif angkutan udara, sawi hijau, sawi putih, serta nasi dan lauk. Serta ada lima komoditas penyumbang deflasi, yakni beras, ikan tembang, daun singkong, daging babi, dan daun kelor.

"Namun yang menjadi permasalahan utama di NTT, beras menjadi komoditi yang andil menyebabkan inflasi di NTT," terangnya.

Hal itu, kata Ayodhia, disebabkan sebagian besar pasokan beras di NTT masih didatangkan dari luar NTT sendiri. Seperti dari Sulawesi Selatan (Sulsel), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur (Jatim).

"Sehingga kondisi harga sangat tergantung pada kondisi pasokan di daerah asal," katanya.

Selain itu, kondisi iklim di NTT juga sangat berdampak pada petani dan produksi beras di NTT. Seperti El Nino atau kemarau panjang pada 2023.

Selain stok komoditi, hal lain yang menyumbangkan inflasi tinggi di NTT adalah tarif angkutan udara atau harga tiket pesawat. "Kondisi geografis NTT, yang terdiri dari kepulauan membuat penerbangan menjadi moda transportasi utama intra provinsi dan juga maskapai yang beroperasi masih terbatas dan cenderung didominasi oleh satu maskapai. Hal ini yang turut ikut mempengaruhi inflasi di NTT," beber Ayodhia.

Ia menambahkan Pemprov NTT sedang menjajaki dan merencanakan untuk pembukaan jalur internasional yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian NTT, khususnya di sektor pariwisata.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Dubes Indonesia Canberra Australia dan Konsul RI di Darwin terkait rencana pembukaan penerbangan Kupang-Darwin. Diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan Australia ke NTT," jelas Ayodhia.




(nor/iws)

Hide Ads