"Dengar bunyi gemuruh itu, kami rasanya takut. Cemas," tutur Bartolomeus kepada detikBali, Jumat (19/1/2024).
Bartolomeus bergegas lari seusai memberi makan ternak pada Jumat pagi. Pria yang rumahnya berada di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki itu akhirnya mengungsi ke Posko SMP Negeri 1 Wulanggitang, Flores Timur.
Warga lainnya, Safri Witin, setali tiga uang. Warga asal Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, Flores Timur, itu mengaku was-was karena lava pijar bisa saja mengalir ke kampung halamannya.
"Perkirakan (lava) bisa mencapai di Jalan Raya Nobo-Nurabelen," ungkapnya panik.
Kini, Safri memilih mengungsi di Posko Konga yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya. Dengan begitu, dia masih bisa bolak-balik untuk mengecek situasi rumah sekaligus memberi makan ternak.
Menurut laporan BPBD Flores Timur hingga pukul 20.00 Wita pada Kamis (18/1/2024), jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mencapai 6.253 jiwa. Aktivitas vulkanik gunung tersebut terus meningkat setelah statusnya naik dari level III siaga menjadi level IV awas.
Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki meletus tiga kali sejak pukul 00.00-06.00 Wita, Kamis (18/1/2024). Lava pijar mengalir sejauh 3,5 kilometer dari puncak gunung.
Petugas Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki, Anselmus Bobyson Lamanepa, mengatakan lahar mengalir sejauh 3,5 kilometer dari pusat letusan. Selain memuntahkan lahar, gunung api setinggi 1.584 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu juga terlihat empat kali mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur 1,5-2 kilometer ke utara.
Anselmus mengingatkan masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 kilometer dari pusat erupsi. "Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda," ujarnya.
(iws/dpw)