Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Montong Are di Kecamatan Kediri, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum beroperasi setelah ditutup sejak Rabu (4/10/2023). Penutupan itu buntut dugaan 30 sumur warga tercemar BBM jenis Pertalite di Dusun Nyiur Gading, Desa Montong Are.
Manager Communication & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Ahad Rahedi mengatakan jika hasil tes menunjukkan ada kebocoran yang berdampak pada pencemaran lingkungan, pemilik SPBU Montong Are bisa dijerat pidana.
"Bisa masuk pidana. Kalau masuk ke ranah pencemaran lingkungan. Tapi itu kan kami coba antisipasi dengan pemeriksaan berkala dulu," ujar Ahad, Rabu (22/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil pressure test terakhir yang dilakukan sesuai dengan SOP, Pertamina belum menerima hasil pemeriksaan.
"Ini perlu kami cek lagi. Kami coba cek historical datanya. Jika benar bocor ke sumur warga, itu hitungannya pembiaran ada sanksi pidananya," kata Ahad.
Ahad mengatakan penutupan berlangsung hingga satu bulan lantaran SPBU masih melakukan perbaikan-perbaikan sarpras.
"Sampai kapan tidak beroperasi? Ini masih proses pengecekan sarana dan prasarana sedang dilakukan termasuk yang lain-lain," kata Ahad di Mataram, Rabu.
Selain itu, Ahad melanjutkan, Pertamina masih menunggu hasil dari uji laboratorium terkait adanya dugaan pencemaran sumur warga di dekat di SPBU Montong Are.
"Kami menunggu itu dulu ya, apakah memang itu tercemar karena BBM atau apa? Coba nanti kami sampaikan. Kami menunggu pihak berkompeten termasuk cemaran atau seperti apa di lapangan," ujarnya.
Dengan adanya perbaikan-perbaikan tersebut, Pertamina belum bisa memberikan izin operasi SPBU.
"Mitra kami pengelola SPBU Montong Are menghentikan operasi sampai klir dulu dan melakukan pengujian hasil labnya. Jika sudah keluar kami akan monitor nanti," ujarnya.
Ahad mengeklaim sistem penampungan BBM di SPBU Montong Are menggunakan sistem penampungan bawah tanah yang aman. Aliran pipa ke sistem penampungan ditanam di bawah tanah telah memenuhi standar.
"Aliran air itu memang kadang-kadang perlu dipetakan. Apakah memang benar mengarah ke rumah warga. Ini yang diambil sampelnya. Jadi memang masih pengecekan ya," katanya.
Saat ini beberapa sistem sarpras di SPBU Montong Are masih dalam perbaikan. Semua sarpras yang diperbaiki belum terdapat kerusakan pada sistem penampungan BBM.
"Kami pastikan tekanan itu terjaga. Karena salah satu indikator kebocoran jika ada tekanan yang berkurang selama durasi tiga sampai empat jam secara statis berkurang, biasanya begitu (bocor)," katanya.
Ahad mengaku pemeliharaan pipa bawah tanah dan tangki penampungan di masing-masing SPBU semestinya rutin dilakukan pengecekan dua tahun sekali.
"Jika tidak dilakukan berarti kebocoran ada kan. Tapi itu perlu ditemukenali dengan dites, di mana bocornya. Apa di pipa kah dibengkokkan saluran atau tangkinya," tandasnya.
Sebelumnya, pengawas SPBU Montong Are, Made Swece, mengatakan telah menutup pengisian maupun penjualan BBM di SPBU Montong Are buntut dugaan kebocoran pipa penampungan BBM.
"Ya sudah ditutup kemarin ya sama Pertamina. Kami tidak tahu sampai kapan ya," kata Made, Kamis (5/10/2023).
Penutupan itu dilakukan pasca tercemarnya 30 sumur milik warga. Bahkan pihak Pertamina telah memberikan bantuan air bersih sekitar lima tangki dengan kapasitas 5.000 liter per tangki kepada warga terdampak.
"Kami akan lakukan bantuan air bersih. Sementara kita melakukan pemeriksaan dan perbaikan penampungan di SPBU," kata Made.
(hsa/dpw)