Kondisi ini terjadi di Desa Anakaka, Kecamatan Kodi. Jika mereka bisa mengakses ke SPBU, mereka harus tahan mengantre panjang karena banyak pedagang eceran datang dengan membawa jeriken untuk stok.
Pantauan detikBali di lokasi, terdapat tiga SPBU yang memperlihatkan warga sedang mengantre dengan sepeda motor dan mobil di sekitar SPBU hingga ke ruas jalan raya.
Salah seorang warga, Tarsisius Tari Tara mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi setiap hari.
"Setiap hari kalau stok BBM di SPBU ada, pasti antrean berjam-jam bahkan ada yang berhari-hari karena kebanyakan warga antrean untuk stok eceran," ujar Tarsisius saat ditemui detikBali, Kamis (24/8/2023).
Tarsisius menceritakan datang dari rumahnya yang berada di Kampung Waimete, Desa Lete Loko, Kecamatan Kodi Bangedo ke SPBU tersebut memakan waktu sekitar 20 menit, dengan jarak tempuh 25 kilometer.
"Bahkan ada warga yang tempat tinggalnya lebih jauh lagi. Mirisnya ketika sampai di SPBU, kami harus mengantre berjam-jam. Sudah antre lagi, kalau stoknya habis kami terpaksa pulang," tuturnya.
Beruntung, lanjut Tarsisius, pada Februari 2023 ada pembangunan SPBU yang berada di Desa Anakaka sehingga masyarakat Kodi umumnya bisa mengakses BBM. Karena sebelumnya warga harus ke Kota Weetabula untuk mengantre BBM.
"Sebelum ada SPBU di sini, kami biasanya ambil di Weetabula tapi itu lebih jauh lagi. Biasa orang sering bilang kami orang Sumba tidak maju karena memang BBM ini sulit untuk kami dapat," ceritanya.
"Kami sangat kesulitan untuk mengakses BBM ketika ada keluarga yang sedang sakit dan hendak melahirkan," sambungnya.
Tarsisius menyebut BBM eceran yang di jual oleh warga sekitarnya cukup mahal yaitu berkisar Rp 10.000 untuk volume 800 mL. Sedangkan untuk volume 1000 mL-1.600 mL dijual dengan harga Rp 25.000.
"Walaupun harga mahal, terpaksa kami harus membeli di eceran untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Sekretaris Desa Anakaka, Agus Tamu Ama mengaku masyarakat setempat sudah sering mangalami kondisi tersebut pada setiap tahun. Menurutnya, mereka terpaksa mengisi BBM di tempat eceran, sebab akses ke SPBU cukup jauh.
"Sudah hal biasa. Karena SPBU jauh, maka kami beli di eceran saja.
Agus berharap Pemerintah Daerah (Pemda) SBD segera membangun SPBU agar bisa diakses oleh warga di Kecamatan Kodi, Kodi Balagar, dan Kodi Bangedo.
"Kami sangat berharap minimal bangun dua SPBU lagi karena saat kami beraktivitas sebagai petani dan nelayan BBM sangat dibutuhkan. Bila stoknya habis bahkan akses ke SPBU cukup jauh maka kami tidak bisa pergi ke kebun maupun ke laut," imbuhnya.
Agus menerangkan saat stok BBM di SPBU kosong maka warga harus menunggu sehari. Sehingga bila BBM sudah tersedia, maka pada malam hari hingga subuh, warga sudah mengantre untuk mengisi BBM.
"Terkadang stoknya habis jadi kalau warga sudah dapat kabar kalau stok BBM sudah ada maka malam hari dan subuh itu mereka sudah datang untuk mengisi. Tapi itu bisa berjam-jam," tandasnya.
(dpw/hsa)