Empat orang korban perang Sudan dari Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tiba di Bandara Internasional Lombok pada Senin (1/5/2023). Di antara mereka, tiga orang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan satu orang mahasiswa.
Sekretaris Daerah (Sekda) NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan keempat warga NTB tersebut merupakan kloter pertama yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Identitas para korban perang saudara di Negara Afrika tersebut antara lain, Wati dari Kecamatan Utan, Sumbawa, Husniah dari Kecamatan Labuapi, Fitri Indayani dari Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, dan satu orang mahasiswa dari Ampenan, Kota Mataram bernama Ihsan Alwan Maulana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini akan ada 23 orang yang akan dipulangkan dari Jakarta. Kloter pertama empat orang. Dan kloter kedua ada 19 orang," kata Gita ditemui di Bandara Internasional Lombok.
Menurut Gita, Pemda NTB sudah melakukan koordinasi dan mengurus proses pemulangan seluruh korban perang senjata Sudan yang sudah berada di Jakarta setelah melewati proses evakuasi dari Pelabuhan Port Sudan menuju Jeddah, Arab Saudi.
"KBRI kita di Sudan sudah mengontak Tim Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di Sudan untuk mengurus proses pemulangan warga yang berasal di NTB. Kami selalu mengontak soal proses pemulangan ini," kata Gita.
Menurutnya, tugas pemerintah daerah saat ini membangun komunikasi dengan Tim Perlindungan WNI Kemenlu untuk memastikan kepulangan korban perang asal NTB. Komunikasi itu untuk memastikan informasi data jumlah korban perang asal Lombok dan Sumbawa.
Lanjut Gita, melalui kantor penghubung, Pemda NTB dan Kemenlu terus memonitor perkembangan terkait proses pemulangan korban perang Sudan asal NTB.
"Kami bersama pihak Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) sudah mengirim data bahwa ada tujuh mahasiswa kami di Sudan juga akan dipulangkan," kata Gita.
Selain itu, Pemda NTB juga meminta kepada Dinas Tenaga Kerja untuk melakukan monitoring total jumlah PMI di Sudan yang menjadi korban perang. Data terbaru mencatat ada sembilan orang PMI akan dipulangkan dari Sudan.
"Yang jelas warga NTB, kami pastikan selamat dari Perang Sudan. Ternyata PMI NTB di Sudan dari data Disnaker NTB itu tidak ada yang tercatat. Kami tahu sendiri mereka berangkat menggunakan visa pribadi berangkat melalui Jakarta," katanya.
Khusus tujuh orang mahasiswa penerima beasiswa S2 dan S1 di Sudan dipastikan akan pulang ke NTB secara berangsur-angsur hingga Rabu (3/5/2023) besok. Sesuai data Brida NTB, ketujuh mahasiswa tersebut berada di Kota Jeddah, Arab Saudi.
"Kami pastikan pulang dengan selamat. Inilah tugas Pemda memberikan jaminan keselamatan kepada seluruh warga yang ada di Sudan," ujar Gita.
Dia melanjutkan, dengan adanya konflik senjata antara tentara Sudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF) di Sudan, para mahasiswa diminta untuk terus memberikan perkembangan soal proses keberlangsungan perkuliahan.
"Kita tahu jika ada hal serupa terjadi (perang senjata) semua proses, baik aktivitas masyarakat dan pendidikan di sana akan terganggu. Jadi ini kami prediksi akan berlangsung dalam waktu yang lama," tandas Gita.
Salah satu PMI korban perang Sudan, Wati asal Kecamatan Utan, Sumbawa mengatakan selama perang situasi Kota Khartoum sangat mencekam.
Kemudian, pada Sabtu (21/4/2023) dia dievakuasi oleh majikannya ke KBRI di ke lokasi yang lebih aman. "Ya saya dievakuasi oleh majikan saya. Kemudian KBRI mengantar ke Port Sudan," kata PMI yang sudah menetap selama sembilan tahun di Kota Khartoum, Sudan itu.
Dia pun mengaku senang kini bisa pulang. "Situasi di sana tidak memungkinkan untuk tinggal. Makanya majikan saya memutuskan untuk saya pulang ke Indonesia," ujar Wati.
(hsa/hsa)