Desa Sade di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu desa adat yang patut dikunjungi. Sejak 1975, banyak wisatawan berkunjung ke Desa Sade.
Jumlah kunjungan wisatawan pun semakin meningkat. Apalagi sejak peresmian Bandara Internasional Lombok Praya pada 2011. Masyarakat Desa Sade masih melestarikan keunikan adat Suku Sasak, seperti bentuk bangunan, tradisi kawin culik, dan masih banyak lagi.
Dengan keberagaman budaya dan keunikan itu, Desa Sade menjadi destinasi yang menarik. Yuk, mengenal lebih dekat Desa Sade, dari lokasi, keunikan, hingga objek wisata yang bisa dinikmati di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi
Lokasi Desa Sade yang cukup strategis menjadikannya objek wisata yang mudah diakses. Tepatnya di Jalan Raya Praya-Kita, Desa Rembitan, Pujut, atau 43 kilometer dari Kota Mataram. Perjalanan ke Desa Sade memakan waktu lebih kurang satu jam jika mengendarai kendaraan roda empat.
Tentang Desa Sade
Dilansir dari ppebalinusra.menlhk.go.id, Desa Sade memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri di atasnya. Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang.
Desa Sade dipimpin seorang kepala dusun yang dipilih berdasarkan musyawarah. Penduduk di sana menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Pelafalan aksara yang digunakan hampir sama dengan bahasa Jawa. Yakni Ha Na Ca Ra ka yang diucapkan menjadi He Ne Ce Re Ke.
Mata pencaharian orang Sade mayoritas memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya, jadi petani, petenak, penenun, pemandu wisata, dan penjual aksesori. Para pria mayoritas bekerja sebagai petani di ladang. Sementara, para perempuan mayoritas bekerja sebagai penenun.
Sejarah
Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa versi berbeda terkait sejarah Desa Sade. Versi yang dikenal saat ini mengatakan nenek moyang orang Sade berasal dari Jawa. Yakni, leluhur Hama Ratu Mas Sang Haji.
Ada juga yang mengatakan orang Sade merupakan warga Kerajaan Hindu-Buddha yang dipimpin Raja A A Gede Karangasem. Hal ini dapat terlihat dari bentuk-bentuk rumah penduduk berdasarkan tiga tangga, yang merupakan simbol dari waktu telu.
Keunikan Desa Sade
Budaya menenun cukup populer di kalangan perempuan di Desa Sade. Perempuan Sasak mulai belajar menenun sejak usia tujuh hingga 10 tahun.
Karenanya, menenun menjadi profesi yang digeluti perempuan Sasak ketika masa panen telah berakhir. Selain itu, orang Sasak di Desa Sade percaya bahwa perempuan Sasak wajib menguasai keterampilan menenun sebelum menikah.
Salah satu produk hasil tenunan di Desa Sade adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan katun atau sutra. Untuk membuat sehelai Songket, dibutuhkan kain sepanjang dua meter dengan waktu pengerjaan selama dua sampai tiga minggu.
Tradisi Kawin Culik
Dilansir dari laman indonesia.travel, kawin culik adalah tradisi pernikahan khas orang Sasak di Desa Sade. Pemuda Sasak yang ingin menikah akan menculik calon mempelainya saat malam hari.
Setelah aksi culik-menculik, mempelai pria akan membawa calon istrinya ke rumah kerabat. Setelah itu, pembicaraan soal pernikahan akan dibahas oleh keluarga dari kedua mempelai keesokan harinya.
Terdapat perbedaan soal mahar atau mas kawin. Bagi pria Sasak yang menikahi perempuan dari desa yang sama, hanya diwajibkan menyerahkan mas kawin Rp 100.000. Sedangkan, jika si mempelai pria menikahi gadis dari desa atau daerah lain, mas kawin yang wajib diserahkan setara dua ekor kerbau.
Rumah Adat Desa Sade
Rumah adat di Desa Sade memiliki ciri khas atau arsitektur tiga tipe rumah menurut penggunaannya. Pertama, Bale Bonter, yaitu rumah pribadi para pejabat desa. Lalu, ada Bale Kodong, rumah untuk pasangan yang baru menikah atau orang tua yang ingin menghabiskan masa tuanya.
Tipe rumah selanjutnya, Bale Tani yang digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat umum. Warga Sasak yang menempati Bale Tani punya kebiasaan unik membersihkan rumah menggunakan kotoran kerbau. Fungsinya, sebagai anti serangga dan menangkal serangan berbau mistis.
Pariwisata Desa Sade
Ketika mengunjungi Desa Sade, wisatawan akan disambut pemandu wisata berbusana adat setempat. Para pemandu akan mengajak wisatawan berkeliling dan melihat keindahan alam serta keunikan rumah adat.
Para wisatawan yang ingin berswafoto dengan latar belakang keindahan Desa Sade dapat menyewa busana adat. Selain itu, wisatawan juga dapat membeli aksesori, kain hasil tenunan, dan cenderamata yang biasanya dijajakan di depan rumah penduduk.
Demikianlah ulasan mengenai Desa Sade. Sangat menarik untuk dijadikan salah satu tujuan wisata budaya, bukan?
Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/irb)