Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ahmad Atang menilai pernyataan Julie Laiskodat, istri Gubernur NTT Viktor Laiskodat, soal suaminya tak lagi maju pada pemilihan gubernur (Pilgub) 2024 tak bisa diartikan secara harfiah.
Malah, Atang menyebut pernyataan itu sangat multi tafsir. "Menurut saya, sejatinya harus dipahami juga soal apa yang sedang terjadi di panggung belakang," ujar Atang kepada detikBali, Kamis (9/3/2023).
Pernyataan Viktor dinilai memiliki pesan simbolik yang hanya dijelaskan dengan melihat beberapa faktor. Pertama, dapat dimaknai sebagai eksperimen politik untuk melihat respons publik di tengah pro kontra kebijakan yang dibuatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, di era kepemimpinannya saat ini, Viktor membuat kebijakan jam masuk sekolah 05.30 Wita di 10 SMU/SMK. Tak cuma untuk siswa-i, kebijakan ini juga disusul oleh PNS dan karyawan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.
Kedua, Atang menilai ada orientasi politik lain yang lebih besar terkait dukungan politik Partai Nasdem dalam pemilihan presiden (Pilpres), sehingga ada peluang yang terbuka di pusat.
Ketiga, peluang untuk memenangkan perebutan politik lokal sebagai gubernur semakin sempit akibat resistensi terhadap Viktor, seperti kasus Besipae di Timor Tengah Selatan (TTS), Manggarai Barat, dan Sumba Timur.
"Faktor ini bisa diduga sebagai pemicu munculnya wacana Viktor mengurungkan niat untuk maju pada periode kedua. Sungguh pun begitu, dinamika politik ke depan belum bisa dipastikan, sehingga niat untuk maju bertarung di NTT satu akan muncul kembali jika isu di atas bukan isu utama," tutur Atang.
Selama empat tahun kepemimpinan Viktor, sambung dia, sebetulnya banyak program populis. Sayangnya, program itu timbul tenggelam, seperti program kelor, program Rabu berbahasa Inggris, program tanam jagung-panen sapi (TJPS) yang belum berdampak nyata bagi masyarakat.
Hal itu dikarenakan program yang satu belum tuntas, namun sudah muncul program lainnya. "Tidak heran terkadang yang lama terlupakan. Kondisi ini harus dihitung sebagai modal politik jika dikelola secara baik," tandasnya.
(BIR/nor)