Banjir yang melanda empat kelurahan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Kamis (2/2/2022), mulai surut. Namun, puluhan rumah warga yang sempat terendam banjir masih digenangi lumpur.
Hafid (32), warga Kelurahan Magenda, Kecamatan Dompu, menyesalkan sikap pemerintah daerah setempat. Menurut dia, tidak ada sedikit pun perhatian pemda di tengah banjir yang melanda.
"Pelayanan kesehatan tidak ada yang turun. Padahal, kami warga sangat membutuhkan," ungkapnya kepada detikBali, Jumat (3/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hafid khawatir kondisi rumah yang digenangi lumpur akan mengundang penyakit, seperti gatal-gatal hingga diare. "Kalau 1-2 hari digenangi lumpur, mungkin belum terjadi apa-apa," katanya.
"Tetapi, kalau sampai 4-5 hari (lumpur) masih ada, pasti akan menimbulkan penyakit. Seharusnya, ada layanan kesehatan dari pemda setempat, termasuk tenda darurat," lanjut Hafid.
Pantauan detikBali di beberapa lokasi titik banjir, seperti Kelurahan Kandai 2 dan Kelurahan Simpasai, tidak ada terpasang tenda darurat atau dapur umum.
Baca juga: Banjir di Dompu Meluas, 4 Kelurahan Terendam |
Apalagi, layanan kesehatan yang vital bagi masyarakat korban banjir.
Hal serupa juga terpantau di Magenda, Kelurahan Potu. Padahal, kondisi banjir di Magenda terbilang paling parah di antara wilayah lainnya. Bahkan, ketinggian air yang masuk ke rumah warga mencapai 2 meter.
Di lokasi itu, masih ada belasan rumah warga yang tergenang lumpur. Gang-gang jalan pun belum bersih seluruhnya. Pakaian milik warga yang sempat diselamatkan berserakan.
(BIR/hsa)