30 Babi Kiriman dari Bali Mati Terjangkit ASF di Flores Timur

30 Babi Kiriman dari Bali Mati Terjangkit ASF di Flores Timur

Ambrosius Ardin - detikBali
Rabu, 18 Jan 2023 14:48 WIB
close up of a pigs face on a truck, behind bars
Ilustras babii (Foto: Getty Images/iStockphoto/pidjoe)
Flores Timur -

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebas Sina Kleden mengungkapkan sebanyak 30 ekor babi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mati dalam waktu sebulan terakhir. Berdasarkan sampel yang diperiksa, babi tersebut positif mengandung virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Sebas mengatakan seluruh anakan babi yang mati tersebut merupakan bantuan dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian untuk tiga kelompok peternak di Flores Timur. Babi tersebut dikirim dari Bali melalui Satuan Kerja (Satker) Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijaukan Pakan Ternak Denpasar. Adapun total bantuan anakan babi yang dikirim dari Bali berjumlah 50 ekor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Babi yang mati di Flores Timur hanya babi dari sumber yang sama saja (babi dari Balai Pembibitan Ternak di Denpasar)," kata Sebas, Rabu (18/1/2023).

Menurut Sebas, kelompok ternak di Flores Timur menerima bantuan babi itu pada 19 Desember 2022. Ia mengaku sudah menjalankan standar prosedur operasional atau SOP yang ketat saat menerima babi yang dikirim dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijaukan Pakan Ternak Denpasar tersebut.

ADVERTISEMENT

"Untuk memasukkan ternak ini kami memang punya SOP yang ketat juga. Harus ada dokumen bebas penyakit dan lain sebagainya dari otoritas veteriner itu," ujar Sebas.

Selain itu, hasil pemeriksaan dokter hewan yang tercantum dalam dokumen pengiriman juga menyebutkan bahwa 50 ekor babi itu terbebas dari penyakit. Namun, baru sehari tiba di Flores Timur, satu ekor babi yang sudah berada di tangan peternak, mati.

Peternak awalnya mengira kematian seekor babi itu disebabkan stress dalam perjalanan. Namun, beberapa ekor yang lain juga menyusul mati.

Dokter hewan di Flores Timur kemudian turun mengambil sampel daerah tujuh ekor babi yang mati. Sampel darah babi itu selanjutnya dikirim ke Balai Besar Veteriner di Denpasar pada akhir Desember 2022 untuk tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan pemeriksaan laboratorium.

"Awal Januari ini kami terima hasilnya, ternyata 7 sampel itu ada yang positif ASF. Memang betul, di awal Januari dari satu dua ekor sekarang sudah mati sekitar 30 ekor dari 50 ekor sumber babi yang sama," kata Sebas.

Sebas menuturkan 20 ekor babi yang masih hidup saat ini sedang dikarantina agar untuk mencegah penularan virus meluas terhadap babi lokal di sana. "Kami isolasi, karantina sisa babi yang 20 ekor itu dan lakukan pencegahan kepada babi-babi lokal di sini," pungkas Sebas.




(iws/hsa)

Hide Ads