NTT Kirim 154.078 Ekor Ternak ke Berbagai Daerah Selama 2022

Kupang

NTT Kirim 154.078 Ekor Ternak ke Berbagai Daerah Selama 2022

Yufen Ernesto Bria - detikBali
Rabu, 04 Jan 2023 21:47 WIB
Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar saat menyampaikan materi coffe morning di Kupang, NTT.
Foto: Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar saat menyampaikan materi coffee morning di Kupang, Rabu (4/1/2023). (Yufen Ernesto/detikBali)
Kupang -

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang menjelaskan sepanjang 2022, sebanyak 154.078 ekor ternak dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dikirim ke berbagai daerah seperti Jawa dan Sumatera. Pengiriman hewat ternak ke sejumlah daerah itu didominasi oleh sapi sebanyak 93.393 ekor.

"Tahun 2022 itu tercatat 154.078 ekor ternak dikirim keluar, sapi banyak diminati," ujar Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang, Yulius Umbu Hunggar, Rabu (4/1/2022). Selain sapi, NTT juga mengirim sejumlah ternak lain seperti rusa 14 ekor, kerbau (1.623), kambing (46.053), domba (416) hingga babi (12.593).

Saat 2022 atau sebelum penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak, sejak Januari-April, NTT bisa mengirim sapi, kerbau, domba, kambing, dan babi sebanyak 35.172 ekor. Jumlah itu mengalami peningkatan pada periode Mei hingga Agustus mencapai 65.669 ekor meski saat itu wabah PMK meluas ke berbagai daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyaknya daerah yang saat itu ternaknya terkena PMK hingga berstatus zona, kata Yulius, justru menguntungkan para peternak di NTT. Sebab, saat itu NTT berstatus zona hijau alias bebas PMK sehingga masih bisa mengirimkan ternak ke daerah-daerah lain.

Yulius Umbu mengungkapkan untuk menjaga dan mempertahankan wilayah NTT tetap zona hijau dari wabah PMK, Balai Karantina, berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk mengawasi secara ketat keluar dan masuknya ternak. Selain itu, Balai Karantina, secara intensif menjalin komunikasi dengan praktisi, pakar, dan pemerhati kesehatan hewan dari berbagai kampus.

"Kami juga menjalin komunikasi sesama praktisi, akademisi maupun pemerhati agar menggaungkan fungsi kontrol dan mendorong masyarakat untuk melaporkan ke karantina demi menjaga NTT tetap bebas dari wabah PMK," ujar Yulius.




(gsp/nor)

Hide Ads