Kondisi rumah Mustofa (29) sungguh memprihatinkan. Pria penyandang difabilitas asal Desa Banyu Urip, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, itu bahkan tidur hanya beralaskan tikar.
Rumah yang lebih menyerupai gubuk itu terbuat dari pagar bambu dengan atap alang-alang. Tak jarang, atap gubuk itu bocor jika hujan turun. Di bangunan berlantai tanah itulah ia tinggal selama puluhan tahun berdua bersama sang ibu bernama Inak Akim (50).
"Sudah puluhan tahun lamanya ibu saya hidup menderita dengan rumah tak layak huni," tutur Mustofa kepada detikBali, Minggu (27/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mustofa bercerita, rumah yang dia tempati sekarang adalah peninggalan almarhum ayahnya. Rumah itu tak kunjung dibangun ulang lantaran harus membiayai ekonomi keluarga sejak ditinggal ayahnya.
"Boro-boro sekolah. Dapat biaya dari mana? Saya tidak sekolah," katanya.
![]() |
Selain tak punya alas tidur memadai, rumah itu juga tidak dilengkapi dengan kamar mandi. Mustofa biasanya mandi di sumur di samping rumahnya. Sedangkan jika memasak, dia harus mencari kayu bakar ke kebun dan sawah warga karena tak mampu membeli kompos gas.
Menurut Mustofa, beberapa tahun lalu, rumah tersebut nyaris roboh.
"Mau perbaiki pakai apa kan? Tapi ya Alhamdulillah ibu dapat bantuan PKH dari pemerintah untuk sekadar membantu," katanya.
Meski hidup dalam kesusahan, Mustofa tak ingin menyerah. Sehari-hari ia mengurus ternak dan beberapa kali diundang untuk pentas melawak. Namun demikian, honor dari melawak tak cukup untuk biaya sehari-hari.
"Jadi selain urus ternak saya juga ngelawak pentas seni drama gitu. Kadang kalau orang acara nikahan saya diundang. Itupun tak seberapa pendapatannya," imbuhnya.
Mustofa berharap dia dan ibunya mendapat perhatian dari pemerintah. "Jadi impiannya hanya satu meminta kepada pemerintah supaya ada bantuan pembuatan rumahnya," harapnya.
Terpisah, kondisi Mustofa itu belakangan menjadi perhatian Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Peduli Masyarakat (Ampera) NTB. Berdasarkan temuan Ampera NTB, Mustofa juga diketahui belum memiliki KTP. Itulah sebabnya, pemerintah desa hingga kecamatan diduga belum pernah melihat kondisi kehidupan Mustofa bersama sang ibu.
"Kami prihatin. Kami akan audiensi ke pemerintah untuk segera dibantu agar bisa dibangunkan rumah," kata perwakilan Ampera NTB, Kusnadi Unying.
(iws/dpra)