"Untuk level siaga kekeringan ini hanya melanda satu kecamatan di Lombok Timur yaitu kecamatan Suela," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi NTB Restu ditemui di kantornya, Selasa (26/7/2022).
Selain itu, terdapat 6 wilayah di NTB masuk level waspada kekeringan. Seperti di Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, Tanjung Lombok Utara, Brang Ene Sumbawa, Maluk dan Buer di Sumbawa Barat, Lape di Bima dan seluruh wilayah di Kota Mataram.
Lebih lanjut dijelaskan musim kemarau tahun 2022 cenderung lebih basah. Bahkan pada bulan April hingga Mei dan Juni sifat hujan atas normal potensinya jauh lebih tinggi. Bahkan kondisi kemarau basah ini telah dirasakan dampaknya oleh petani tembakau dan bawang.
"Tetapi sekarang akan memasuki musim kemarau. Dan kami sudah mengeluarkan ada peringatan dini kekeringan. Jadi ini ada potensi sudah berapa lama seluruh daerah tidak terjadi hujan," kata Restu.
Menurut Restu untuk daerah paling lama hari tanpa hujan berada di wilayah Pulau Sumbawa, Kabupaten Bima tepat di Kecamatan Woha. Hampir 57 hari tidak terjadi hujan. Untuk di Pulau Lombok hari tanpa hujan berada di Kecamatan Perigi, Lombok Timur selama 47 hari.
"Untuk di Sumbawa itu ada di Kecamatan Buer sudah 37 hari tidak hujan. Kita bisa simpulkan umumnya sudah 2 bulan tidak terjadi hujan di NTB," katanya.
Berdasarkan informasi tersebut, BMKG NTB telah mengeluarkan peringatan dini ancaman potensi kekeringan. Potensi kekeringan ini akan berdampak pada berkurangnya persediaan air bagi usaha pertanian dan rumah tangga.
"Kekeringan ini juga bisa meningkatkan potensi terjadi kebakaran lahan dan hutan untuk daerah yang berada di level siaga dan awas," katanya.
Restu mengatakan daerah paling potensi dilanda kekeringan meteorologis berada di Lombok Timur tepat di Kecamatan Pringgabaya dan Suela.
Untuk daerah di Kabupaten Sumbawa Barat tepat di Kecamatan Maluk, Buer di Sumbawa, Holo, Wawo dan Woha di Kabupaten Bima dan sebagian wilayah Lombok Tengah Lombok Utara dan Lombok Timur wilayah selatan masih berada di level waspada.
"Jadi ini perlu diperhatikan karena sangat berpotensi terjadi kebakaran hutan. Kami minta agar warga yang berada di lokasi-lokasi tadi untuk tetap waspada," pungkas Restu.
(nor/irb)