Mama-mama Bambu, Kartini Penyelamat Alam dari Pedalaman Flores

Mama-mama Bambu, Kartini Penyelamat Alam dari Pedalaman Flores

Djemi Amnifu - detikBali
Kamis, 21 Apr 2022 15:40 WIB
Penyiraman bibit bambu yang baru ditanam di areal persawahan Desa Golo Damu, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. (dok. Yayasan Bambu Lestari)
Pencarian bibit bambu oleh Mama Mama Bambu dari Kelompok Dasawisma Program Pemberdayaan Perempuan Pelopor Desa Bambu Desa Manubura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. (Dok. Yayasan Bambu Lestari)
Bajawa -

Kamis (21/4/2022) pagi, Kampus Bambu Turetogo di Desa Ratogesa Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sedikit berbeda dengan hari biasa. Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Kampus Bambu Turetogo dipenuhi sejumlah perempuan berkebaya tenun ikat khas Ngada. Mereka ini lebih dikenal sebagai Mama-mama Bambu 'alumni' Kampus Bambu Turetogo.

Di Kampus Bambu Turetogo mereka pernah belajar tentang berbagai aspek pengembangan bambu agroforestri, dari hulu hingga hilir. Mereka adalah masyarakat lokal yang diberdayakan dari sisi ekonomi melalui Kampus Desa Bambu ini.

Dan hari ini, menyambut Hari Kartini, Yayasan Bambu Lestari (YBL) mengadakan acara Bamboo Collaborative Learning (BCL) dengan tema "Belajar dari Mama Bambu Penyelamat Alam" secara hybrid sebagai bentuk apresiasi sekaligus belajar dari pengalaman mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai kisah menarik diceritakan Mama-mama Bambu antara lain Mama Welu, Mama Alibina Rona asal Desa Genamere, Mama Faleria asal Desa Inegena, Mama Albina asal Desa Inelika, Mama Reni asal Desa Golewa, Mama Martina asal Desa Were I, Mama Denti asal Desa Watukapu dan Mama Lena asal Desa Watukapu.

Mama-mama Bambu ini adalah para Kartini penggerak penyelamatan alam melalui pengelolaan bambu secara lestari dari desa-desa bambu di Kabupaten Ngada Pulau Flores. Mereka telah berhasil membibit 2,5 juta bibit bambu dengan cara yang mudah dan murah, memproduksi polibag serat alam sebagai alternatif pengganti polibag plastik yang potensial merusak alam.

ADVERTISEMENT

Mereka juga berhasil membangun kelompok tani perempuan dalam pengelolaan bambu lestari. Mama-mama Bambu telah bertumbuh menjadi agen perubahaan dalam penyelamatan alam.

"Selama ini kami hanya tahu kalau bambu itu dipakai untuk bangun rumah, buat kandang dan dijadikan kayu bakar. Setelah Yayasan Bambu Lestari hadir, baru kami tahu ada banyak manfaat dari tanaman bambu," kata Mama Faleria saat diberi kesempatan membagi kisahnya.

Perempuan paruh bayu ini mengaku awal-awal menekuni pembibitan bambu mendapat cukup banyak tantangan terutama dari lingkungan keluarga. Kelompok laki-laki (bapak-bapak) protes karena sudah banyak tanaman bambu di kampong, namun kenapa masih dibuatkan pembibitan.

Begitu pula cerita Mama Reni bersama kelompoknya, awal-awal melakukan pembibitan bambu bukan pekerjaan yang gampang karena harus membagi waktu antara mengurus keluarga, bekerja di kebun dan menenun. Namun dengan talaten Mama Reni mampu membagi waktu hingga akhirnya mampu melakukan pekerjaan pembibitan.

"Setelah sudah tahu hasilnya, sekarang bapak-bapak juga ikut bergabung melakukan pekerjaan pembibitan bambu," ujarnya.

Mama-mama Bambu ini tak henti-henti berterima kasih kepada YBL yang sukses mengelola pembibitan berbasis keluarga (family nursery) dan berhasil menghasilkan 126 ribu bibit. Apalagi, di tengah kesulitan ekonomi saat pandemi Covid-19 membuat mereka benar-benar terbantu oleh kehadiran YBL.

"Saya bisa bisa terima rata-rata Rp 800 ribu- Rp 900 ribu. Uang saya pakai belanja kebutuhan dalam rumah tangga dan sebagian saya pakai untuk sekolahkan anak," aku Mama Martina.

Yayasan Bambu Lestari sendiri didirikan oleh Linda Garland pada 1993 sebagai organisasi nirlaba untuk mengampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan ekologi bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. Setelah Linda Garland berpulang, kepemimpinan YBL dilanjutkan oleh putranya, Arief Rabik.

Sejak 2021, Yayasan Bambu Lestari sudah melaksanakan program pembibitan yang menyasar 21 desa di 7 Kabupaten di Pulau Flores. Tak kurang dari 344 Mama Bambu terlibat dalam kegiatan tersebut.

"Keberadaan dan prestasi para Mama Bambu merupakan bukti bahwa perempuan mau dan mampu menjadi ujung tombak dalam upaya-upaya konservasi dan pemberdayaan masyarakat desa.," ujar Ketua Yayasan Bambu Lestari Arief Rabik.

"Peran perempuan menjadi sangat vital bagi mimpi kita bersama untuk menjadikan bambu sebagai solusi ekologis serta solusi ekonomi untuk memperbaiki kehidupan masyarakat desa di NTT," ia menambahkan.

Kenapa Bambu?

Bambu menjadi pilihan utama karena sejumlah keutamaan yang dimiliki tanaman tersebut. Dari sisi ekologis keutamaan bambu adalah; pertama mampu memulihkan lahan kritis. Tanaman bambu mampu menyimpan air, satu rumpun bambu mampu menyimpan 5000 liter air per musim hujan. Air yang kemudian dilepaskan kembali ke tanah pada musim kemarau.

Selain itu, mampu menyerap karbon (CO2), satu hektar hutan bambu mampu menyerap dan menahan 50 ton CO2 per tahun. Bahkan tanaman bambu mampu tumbuh di lahan miring serta menstabilkan lahan rawan longsor. Dengan demikian bambu adalah tanaman yang tepat untuk upaya restorasi lahan kritis, perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS), mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta pencegahan bencana.

Dari sisi ekonomis keutamaan bambu adalah dapat dibudidayakan secara lestari dan berkelanjutan. Dengan metode Hutan Bambu Lestari (HBL) bambu dapat dipanen secara reguler tanpa mengurangi fungsi hutan bambu sebagai daerah tutupan hijau serta konservasi air.

Di sisi lain kemampuan bambu dalam menyimpan air menciptakan sebuah lingkungan kondusif bagi budidaya tanaman-tanaman pangan dan produktif lainnya. Yang paling utama bambu dapat diolah menjadi beraneka ragam produk, termasuk produk-produk yang selama ini telah akrab dengan tradisi masyarakat lokal di Indonesia.

Secara global, telah diidentifikasi lebih dari 1500 produk berbasis bambu, dari produk bangunan dan furnitur hingga tekstil dan makanan.




(nke/nke)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads