Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kaya akan keunikan dan keanekaragaman jajanan khasnya. Salah satu jajanan unik yang memiliki rasa manis dan tekstur lembut adalah Batu Kumung.
Batu Kumung terbuat dari adonan tepung yang digoreng hingga berwarna kecoklatan, kemudian direndam dalam air gula. Proses ini memberikan cita rasa manis dan membuatnya semakin nikmat, apalagi disajikan dalam kondisi dingin.
Jajanan ini cukup populer di kalangan masyarakat, terutama selama bulan Ramadhan. Batu Kumung sering dijadikan takjil untuk berbuka puasa karena rasanya yang manis dan segar, menjadikannya pilihan yang tepat untuk berbuka puasa.
Jajanan ini cukup mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional di Sumbawa, terutama selama bulan Ramadhan. Para pemburu takjil biasanya berbondong-bondong untuk membeli jajanan ini.
Bahan-bahan:
β’ 3 butir telur ayam (ayam kampung atau ras)
β’ 6 sdm tepung beras (sangrai terlebih dahulu)
β’ 250 gr gula pasir (sesuai selera)
β’ 250 ml minyak goreng
β’ 500 ml air (sesuai selera)
β’ Frambosen essence (sesuai selera)
β’ Garam seujung sendok teh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Membuat:
1. Kocok telur dan garam hingga mengembang dan sedikit kaku.
2. Masukkan tepung beras yang sudah disangrai sedikit demi sedikit sambil diaduk rata.
3. Panaskan minyak goreng dalam wajan. Ambil satu sendok makan adonan dan masukkan ke dalam minyak panas. Goreng hingga berwarna kecokelatan (hindari menggoreng terlalu lama agar tidak gosong).
4. Setelah semua adonan tergoreng, siapkan panci atau wajan. Masukkan gula pasir dan air, masak hingga sedikit mengental.
5. Sebelum memasukkan gorengan adonan ke dalam air gula, rendam terlebih dahulu dengan air dingin hingga sedikit mengembang, lalu peras. Ini bertujuan untuk mendapatkan tekstur yang lembut dan mengurangi kandungan minyak dalam gorengan.
6. Masukkan gorengan adonan satu per satu ke dalam air gula. Masak hingga jajanan mengembang.
7. Tambahkan frambosen essence, lalu angkat. Sajikan dalam keadaan dingin untuk rasa yang lebih enak.
Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(nor/nor)