Gipang merah, jajanan tradisional jaman dulu (jadul) masih menjadi favorit masyarakat di kampung Loloan, Kabupaten Jembrana, Bali. Jajanan ini terbuat dari beras yang digoreng bersama gula merah dan dicetak menjadi bentuk persegi kecil.
Proses pembuatan gipang merah atau dikenal dengan nama getigeti oleh warga setempat ini masih menggunakan cara tradisional, sehingga cita rasa jajanan ini masih tetap terjaga. Selain itu, jajanan ini juga dikemas dengan cara tradisional menggunakan api lilin.
![]() |
Salah satu produsen gipang merah di Loloan adalah Musyarofah. Selama kurang lebih setengah abad, Musyarofah telah menjalani bisnis rumahan produksi jajanan tradisional tersebut. Ia mendapatkan ilmu membuat gipang merah dari orang tuanya dan melanjutkan warisan tersebut hingga sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jajanan getigeti ini sudah ada sebelum saya lahir, sekarang menjadi mata pencarian kami dan sejumlah ibu-ibu di kampung Loloan," ungkap Musyarofah ditemui detikBali, Kamis (28/9/2023).
Dalam menjalankan bisnisnya, Musyarofah dibantu oleh ibu-ibu lain dari warga setempat. Bisnis kecilnya tersebut kini sudah dipasarkan ke beberapa kabupaten yang ada di Bali.
Jumlah produksi per hari mencapai 250 ikat kemasan. Jumlah produksi tersebut seringkali meningkat pada Hari Raya seperti Galungan dan Kuningan.
"Getigeti produksi kami ini dipasarkan di sejumlah daerah di Bali, antara lain Gianyar, Klungkung, dan Denpasar. Harga satu bungkus dengan isian 12 buah ini cuma Rp 5 ribu," papar Musyarofah.
![]() |
Musyarofah berharap agar keberadaan dan kelezatan jajanan gipang merah tetap dipertahankan dan tetap dikenal generasi muda. Ia juga berusaha mengembangkan produk baru dari bahan dasar ketan dan beras untuk menyesuaikan dengan selera pasar.
"Bagi masyarakat lokal, jajanan gipang merah tidak hanya soal kenangan masa lalu, tetapi juga arti dari rasa cinta terhadap tradisi dan budaya leluhur," tandas Musyarofah.
(nor/gsp)