Warung Lawar Sapi Mambal tampaknya jadi salah satu pionir kuliner olahan daging sapi di wilayah Kecamatan Abiansemal, Badung. Warung yang berlokasi di kompleks pasar senggol Desa Mambal, Jalan Raya Denpasar-Sangeh, itu menyajikan menu lawar sapi dengan harga terjangkau.
Di depan warung, tampak pelang bergambar seorang kakek memakai penutup kepala. Itulah sebabnya, orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan warung 'Pekak Metengkuluk'.
"Artinya kakek-kakek yang pakai penutup kepala," ujar pengelola, Ketut Astiti, Rabu (23/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warung makan itu dibuka pertama kali oleh Wayan Jasa pada 1976. Saat ini, Warung Lawar Sapi Mambal dikelola oleh generasi kedua. Sang ayah, Wayan Jasa, terkenal memakai penutup kepala saat berjualan.
![]() |
"Itu sudah jadi ciri khas. Artinya untuk membedakan dengan pedagang lain," jelas Astiti yang dibantu oleh kakak kandungnya, Wayan Sujana.
Astiti menceritakan, menu lawar sapi yang dijual itu dahulu hanya dijual di beberapa lokasi tajen (sabung ayam). Lokasi jualannya pun sempat berpindah-pindah hingga akhirnya sekarang menetap di Pasar Senggol Desa Mambal.
Satu porsi nasi lawar disajikan komplit dengan soto dan sate sapi. Lawar dibuat dari olahan buah nangka rebus, dicampur bumbu rempah Bali, dengan daging sapi sebagai olahan dasarnya. Lawar itu kemudian diaduk dan disajikan sepiring dengan nasi.
Nasi lawar semakin nikmat disantap bareng soto sapi yang disajikan dalam kondisi masih hangat pada mangkuk terpisah. Satu paket komplit tersebut dihargai Rp 25 ribu, belum termasuk minuman.
![]() |
Aroma kaldu sapinya tidak terlalu pekat, bening, dan sangat wangi. Lima tusuk sate sapi dengan bumbu kacang yang tidak terlalu pedas disantap sebagai pelengkapnya.
Astiti mengaku dalam sehari bisa menghabiskan masing-masing menu ratusan porsi. Warung Lawar Sapi Mambal buka sejak pagi sekitar pukul 09.00 hingga petang. Hanya saja, warung ini ramai diburu pelanggan saat jam makan siang di hari kerja.
"Sampai sekarang orang tahu warung 'Pekak Metengkuluk' karena sudah lama. Orangtua, yang sudah kakek-nenek sampai ke anak cucunya yang tahu itu nama warungnya," pungkas Astiti.
(iws/dpra)