Selain pertunjukan seni dan hiburan, Festival Cultural Week (FCW) di objek wisata Jatiluwih Tabanan juga menyediakan ruang pameran bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Tak terkecuali usaha kuliner ala rumah tangga.
Salah satu yang diminati pengunjung FCW adalah stand kue laklak beras merah bikinan Ni Nengah Murniati (67), warga Banjar Jatiluwih Kawan, Desa Jatiluwih. Sesuai namanya, kue tradisional Bali ini memanfaatkan tepung beras merah yang memang dikenal sebagai hasil pertanian di Jatiluwih.
"Sehari-harinya saya berjualan di rumah sambil memenuhi pesanan untuk acara pernikahan atau upacara lainnya," tutur Muniarti, Minggu (16/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Murniati mengaku sudah puluhan tahun menjual jajanan khas Bali. Keterampilan membuat jajan itu ia peroleh dari ibunya yang terlebih dahulu menjual jajanan.
Meski memiliki keterampilan membuat kue Bali, Muniarti awalnya tidak langsung membuka usaha. Kalaupun membuat jajan, itu hanya untuk keluarganya saja. Atau, bila ada yang bertamu ke rumahnya.
![]() |
Dari situ, laklak buatannya ternyata menarik minat para tetangganya. Ada juga yang meminta untuk dibuatkan tepung beras merah sebagai bahan dasar untuk membuat laklak.
Murniati pun kemudian membuka usaha jajan khas Bali. Meski sudah banyak usaha yang serupa, tetap saja kue laklak bikinannya yang dicari-cari pembeli.
"Kadang pesanannya sampai dari luar Tabanan. Seperti Denpasar. Biasanya pesanan untuk orang nikahan," imbuhnya.
Menurut Murniati, tidak banyak campuran pada adonan tepung atau bahan dasar laklak bikinannya. Adonan tersebut dominan tepung beras merah dicampur dengan air.
"Cuma tepung beras merah yang dicampur air. Habis itu dipanggang. Kalau sudah jadi tinggal ditaburi kelapa dan gula merah yang diencerkan," pungkasnya.
(iws/hsa)