Warga Dusun Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Kota Denpasar, Bali punya menu khusus untuk berbuka puasa di setiap Ramadan. Namanya sate susu. Disebut demikian, karena sate ini terbuat dari payudara sapi betina.
Seperti tahun tahun sebelumnya, sate susu banyak dijajakan para pedagang di sekitar Masjid Raya Baiturrahmah pada Ramadan kali ini. Bazar kuliner Ramadan menjadi salah satu tradisi ramadan di Dusun Wanasari Denpasar, kawasan yang kerap disebut kampung jawa.
Memasuki area bazar yang tak pernah sepi pengunjung itu, aroma berbagai jenis makanan untuk buka puasa tercium semerbak. Namun aroma dari sate susu yang dibakar di atas arang batok kelapa tak pernah kalah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sate susu memiliki tekstur kenyal. Dengan baluran bumbu merah, kenikmatan makan sate ini tidak dapat dipungkiri. Bumbu merah itu merupakan campuran bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, cabe merah, ketumbar, garam.
"(Sate ini terbuat) dari susunya sapi," kata Zahra (25) salah seorang penjual sate susu di Bazzar Kuliner Ramadan 1443 Hijriah Masjid Raya Baiturrahmah Denpasar, kepada detikBali, Senin (4/4/2022).
Zahra menuturkan, setiap tahun sate susu memang menjadi makanan khas pada saat momentum ibadah puasa bagi umat muslim di Kampung Jawa. Menurutnya, sate susu ini sulit ditemukan di luar ramadan.
"Jadi makanan khas pas puasa. Pasti ada setiap tahun. Kalau enggak puasa, jarang ada sate susu, keluarnya pas bulan puasa saja," tuturnya Zahra sembari berjualan.
Zahra menduga, penyebab langkanya sate susu ini di luar bulan Ramadan karena jarang ada masyarakat yang memotong sapi betina. Sapi-sapi betina yang layak potong baru dikeluarkan pada saat ramadan.
"Di luar ramadan kan jarang ada yang motong sapi perempuan. Mungkin itu sebabnya, khusus dikeluarin pas bulan puasa," jelas Zahra.
Zahra mengakui bahwa sate susu ini menjadi yang paling laris selama ia berjualan di Bazzar Kuliner Ramadan 1443 Hijriah Masjid Raya Baiturrahmah Denpasar. Ia biasanya menyiapkan 100 tusuk sate susu untuk dijual setiap sore di bazzar tersebut.
"Sedia 100 tusuk, biasanya habis," kata Zahwa.
Untuk seporsi sate susu berisi 10 tusuk sate, ia menjualnya Rp 25 ribu. Dalam sehari, Zahra menghabiskan dua kilogram sate susu. "Sate susu ini yang paling laris," jelasnya.
Di luar bulan Ramadan, Zahra mengaku dirinya tetap berjualan sate. Namun ia tidak menyediakan menu sate susu.
"Kalau nggak Ramadan, jualan juga. Tapi nggak jualan sate susu. Cuma jualan sate asem, sate lilit, dan ayam plecing," ungkapnya.
Selain sate susu, jenis makanan lain yang turut laris yakni sate sumsum dan sate usus ayam. Namun tentunya sate tersebut bukan merupakan makanan khas bagi masyarakat Kampung Jawa.
(nke/nke)