Fakta-fakta Rekonstruksi Pembunuhan Mahasiswi Unram di Pantai Nipah

Round Up

Fakta-fakta Rekonstruksi Pembunuhan Mahasiswi Unram di Pantai Nipah

Tim detikBali - detikBali
Jumat, 26 Sep 2025 08:35 WIB
Tersangka Radiet Adiansyah dengan pemeran pengganti peragakan adegan merangkul korban di tepi pantai Nipah 2, Kamis (25/9/2025).
Tersangka Radiet Adiansyah dengan pemeran pengganti peragakan adegan merangkul korban di tepi pantai Nipah 2, Kamis (25/9/2025). (Foto: M Zahiruddin/detikBali)
Lombok Utara -

Tatapan Radiet Adiansyah kosong saat memperagakan sejumlah adegan dalam rekonstruksi kasus pembunuhan mahasiswi Universitas Mataram (Unram) Ni Made Vaniradya. Rekonstruksi digelar di Pantai Nipah, di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (25/9/2025).

Radiet merupakan tersangka pembunuhan Vaniradya. Adegan pertama dimulai dari area parkir Pantai Nipah 2, lokasi di mana Radiet dan korban memarkir motor saat kejadian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikBali, rekonstruksi adegan versi alibi tersangka Radiet dilakukan terbuka untuk umum. Puluhan warga yang berbondong-bondong mendatangi lokasi tampak meneriakkan Radiet sebagai pembunuh.

"Wuuu. Itu dia. Pembunuh, pembunuh," teriak sejumlah warga yang didominasi oleh emak-emak.

ADVERTISEMENT

Dua Versi Kronologi Tewasnya Mahasiswi Unram

Rekonstruksi pembunuhan Vaniradya di Pantai Nipah menunjukkan dua versi kronologi kejadian yang berbeda. Adapun, rekonstruksi pertama digelar berdasarkan alibi tersangka Radiet. Sementara, satu rekonstruksi lainnya dari penyidik Polres Lombok Utara.

"Kami melaksanakan itu karena berbeda jauh. Jadi, ada perbedaan yang cukup siginifikan (alibi tersangka dengan versi penyidik)," ungkap Kepala Satuan (Kasat) Reksrim Polres Lombok Utara, AKP Punguan Hutahean, Kamis (25/9/2025).

Versi tersangka Radiet, pada saat adegan peristiwa tetap konsisten dengan pernyataan awal. Saat memperagakan adegan versinya, Radiet mengaku didatangi dua orang yang membawa bambu dan kemudian mencoba membegalnya dengan korban Vaniradya.

Sesaat kemudian, dua orang tersebut memukulnya hingga tak sadarkan diri di dekat korban Vaniradya. Namun, Radiet tak mampu menjelaskan kenapa posisinya berpindah saat ditemukan dengan alasan pingsan.

Sementara rekonstruksi kejadian versi penyidik dilakukan secara tertutup karena ada adegan yang sensitif. Dalam adegan itu, polisi menghadirkan tim Inafis serta dokter forensik untuk menjawab asal muasal luka yang diterima Radiet.

"Cukup banyak (adegan versi penyidik). Itu tertutup karena ada adegan kekerasan, asusila," jelas Punguan.

Tersangka Radiet Adiansyah menjalani rekonstruksi pembunuhan di Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Barat, Kamis (25/9/2025).Tersangka Radiet Adiansyah menjalani rekonstruksi pembunuhan di Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Barat, Kamis (25/9/2025). Foto: M Zahiruddin/detikBali

Tolak Peragakan Adegan Pembunuhan

Sementara itu, tersangka Radiet menolak untuk memperagakan adegan pembunuhan dari versi penyidik. Walhasil, rekonstruksi versi penyidikan digantikan oleh pemeran pengganti.

"Tadi saat dilaksanakan rekonstruksi (tertutup), kami menggunakan pemeran pengganti karena tersangka tidak berkenan melaksanakan rekonstruksi dari fakta penyidikan," ujar Pungian

Punguan mengatakan tidak ada fakta baru yang ditemukan dalam rekonstruksi tersebut. Namun, ia dengan tegas menyatakan bahwa fakta dari penyidik sudah matang dan siap dilimpahkan ke kejaksaan.

"Intinya kami hanya meyakinkan jaksa. Kalau fakta, sudah matang di kami," tegasnya.

Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Radiet menyebut Vaniradya tewas di Pantai Nipah pada 28 Agustus lalu sebagai korban pembegalan. Namun, polisi menyebut skenario pembegalan itu hanyalah karangan Radiet untuk menutupi perbuatannya.

Polisi menemukan DNA Radiet pada sejumlah barang bukti, termasuk sebilah bambu, lima batu, pakaian, serta bercak darah. Hasil itu diperoleh dari analisis Puslabfor Mabes Polri. Polisi menyebut Radiet nekat membunuh Vaniradya karena ajakannya berhubungan seksual ditolak.

"Dia (Radiet) sempat merangkul menggunakan tangan kanan, mencium pipi. Jadi, kami menganalogikan ada upaya melakukan hubungan intim tapi dilakukan penolakan (oleh korban)," ungkap Punguan.

Warga Ancam Polisikan Radiet Terkait Pencemaran Nama Baik

Selain terseret kasus pembunuhan, Radiet juga terancam terseret kasus pencemaran nama baik. Warga Dusun Nipah Timur, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, menyatakan segera melaporkan pria berusia 19 tahun itu.

Warga Dusun Nipah Timur berencana melaporkan Radiet karena tidak terima dengan pernyataan bersangkutan yang mengaku menjadi korban begal di Pantai Nipah hingga mengakibatkan temannya, Vaniradya, tewas. Padahal, berdasarkan penyidikan polisi, Radiet lah yang membunuh Vaniradya.

Tersangka Radiet Adiansyah menjalani rekonstruksi pembunuhan di Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Kamis (25/9/2025). (M. Zahiruddin/detikBali)Tersangka Radiet Adiansyah menjalani rekonstruksi pembunuhan di Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Kamis (25/9/2025). (M. Zahiruddin/detikBali)

"Warga merasa tersinggung dengan tuduhan itu. Kami sepakat akan melaporkan pihak yang menjelekkan nama dusun dan Pantai Nipah, termasuk tersangka, supaya bertanggung jawab," tegas Kepala Dusun (Kadus) Nipah Timur, Imam Efendi, Kamis.

Imam mengatakan selama ini tidak pernah ditemukan kasus pembegalan di wilayahnya. Namun, sejak kasus itu mencuat, Pantai Nipah diidentikkan dengan aksi kriminal sehingga masyarakat tidak tenang.

"Padahal selama ini aman, tidak pernah ada kasus kehilangan, apalagi pembegalan. Justru warga ikut membantu polisi mencari barang bukti hingga pelaku terungkap," tutur Imam.

Selain melaporkan Radiet, warga juga sepakat untuk melaporkan beberapa akun media sosial (medsos) yang selama ini menyebarluaskan isu tidak benar tentang Pantai Nipah. Warga berharap dengan terungkapnya kasus pembunuhan ini, nama baik wilayah Nipah bisa dipulihkan.

Tak hanya nama baik yang tercoreng, tudingan Radiet juga berimbas pada penghasilan pedagang di pinggir Pantai Nipah. Salah satu pedagang di sana, Dwi Desilia Rahmawati, mengaku pendapatannya turun drastis karena sepinya pengunjung.

"Pascakejadian, pengunjung sepi karena takut. Padahal yang terjadi bukan karena warga sini. Nama baik kami jatuh, pedagang rugi besar," ucap Desilia.

Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video Korban Pelecehan Seksual Pria Difabel Disebut Lebih dari Satu Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads