Mahasiswi UIN Mataram Minta Perlindungan LPSK Seusai Dilabrak Dosen Cabul

Mahasiswi UIN Mataram Minta Perlindungan LPSK Seusai Dilabrak Dosen Cabul

Abdurrasyid Efendi - detikBali
Rabu, 21 Mei 2025 10:45 WIB
ilustrasi
Ilustrasi korban kekerasan seksual. (Foto: Edi Wahyono)
Mataram -

Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram korban kekerasan seksual bakal meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Mahasiswi penerima beasiswa Bidikmisi tersebut sempat dilabrak oleh terduga pelaku pencabulan yang juga dosen UIN Mataram berinisial WJ.

"Kami berkoordinasi dengan LPSK untuk perlindungannya (mahasiswi)," kata perwakilan Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, Rabu (21/5/2025).

Berdasarkan data yang dipegang Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, ada sebanyak tujuh mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seksual oleh WJ. Seluruh korban merupakan mahasiswi penerima beasiswa Bidikmisi yang tinggal di asrama putri UIN Mataram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, WJ melabrak mahasiswi yang melaporkannya terkait dugaan kekerasan seksual Selasa (20/5/2025) malam. WJ yang datang bersama sang istri melabrak para mahasiswi korban pencabulan itu saat sedang diperiksa penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Nusa Tenggara Barat (NTB).

Saat ini, Joko berujar, para korban sudah dijaga di tempat aman dan belum dibolehkan untuk bertemu orang lain. Menurut dia, para korban ketakutan setelah dilabrak oleh WJ saat diperiksa penyidik.

"Psikologi (korban) agak syok karena tidak menduga hal tersebut akan terjadi, karena sudah malam," ungkap Joko.

Korban Buka Suara Berkat 'Walid'

Sebelumnya, Joko menjelaskan tindak kekerasan seksual itu terjadi sejak 2021 hingga 2024. Joko mengungkapkan para korban mulai buka suara dan berani melapor setelah menonton serial Malaysia berjudul Bidaah dengan tokoh utama bernama Walid.

"Jadi, karena menonton film Walid (pemeran laki-laki film Bidaah), akhirnya kemudian ada keberanian untuk dia berani melapor," ujar Joko, Selasa (20/5/2025).

Joko menuturkan WJ diduga menjalankan aksinya dengan manipulasi emosional. Dosen UIN Mataram itu meminta para korban menganggapnya sebagai sosok orang tua, sehingga para korban merasa terikat secara emosional dan sulit menolak permintaannya.

Menurut Joko, para korban merasa takut menolak saat mendapat perbuatan cabul dari WJ. Sebab, mereka khawatir beasiswa Bidikmisi yang mereka terima akan dicabut. Hingga berita ini diterbitkan, Kasubag Humas UIN Mataram Sapardi belum merespons permintaan konfirmasi dari detikBali.




(iws/iws)

Hide Ads