Sedikitnya 100.000 mayat ditemukan di kuburan massal di Qutayfah, sekitar 40 kilometer di utara Damaskus, Suriah, setelah rezim Presiden Bashar al-Assad ditumbangkan oleh pasukan pemberontak. Penemuan ini diduga kuat terkait dengan pembunuhan massal yang dilakukan oleh rezim Assad selama dua dekade terakhir.
Kepala Satuan Tugas Darurat Suriah, Mouaz Moustafa, menyebut bahwa area Qutayfah adalah salah satu dari lima kuburan massal yang telah diidentifikasi oleh organisasinya.
"Sebanyak 100.000 mayat adalah perkiraan paling konservatif," ujar Moustafa, dilansir dari detikNews, Rabu (18/12/2024). Satgas Darurat Suriah merupakan organisasi advokasi berbasis di Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moustafa menyatakan bahwa jumlah kuburan massal di Suriah kemungkinan jauh lebih banyak daripada yang telah ditemukan sejauh ini. Dia menambahkan, mayat-mayat yang ditemukan tidak hanya berasal dari warga Suriah, tetapi juga termasuk warga negara asing seperti dari Amerika Serikat dan Inggris.
Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan telah tewas sejak tahun 2011, ketika tindakan keras rezim Assad terhadap unjuk rasa menentang pemerintahannya berkembang menjadi perang sipil skala penuh.
Assad dan mendiang ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjabat sebagai presiden hingga tahun 2000, diduga bertanggung jawab atas berbagai pembunuhan di luar hukum, termasuk eksekusi massal di penjara.
Presiden Assad, yang saat ini dilaporkan melarikan diri ke Moskow, Rusia, berulang kali membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Dia menyebut para pengkritiknya sebagai ekstremis.
Moustafa mengungkapkan bahwa cabang intelijen Angkatan Udara Suriah bertanggung jawab atas pengangkutan mayat dari rumah sakit militer ke lokasi kuburan massal. Mayat-mayat tersebut sebelumnya dikumpulkan di rumah sakit setelah menjadi korban penyiksaan di cabang-cabang intelijen.
Baca juga: Tujuh WNI Asal NTB Dievakuasi dari Suriah |
Menurut Moustafa, pengangkutan jenazah dilakukan menggunakan trailer-traktor berpendingin yang dioperasikan oleh kantor pemakaman kota Damaskus. Para personel pemakaman membantu menurunkan mayat dan memampatkan jenazah di dalam kuburan sebelum menimbunnya dengan tanah.
Dia juga menuturkan bahwa para operator buldoser yang diwawancarai kelompoknya mengaku dipaksa menggali dan menimbun mayat atas perintah pihak berwenang. "Kuburan massal ini perlu diamankan sebagai bukti untuk penyelidikan lebih lanjut," pungkas Moustafa.
(dpw/dpw)