Mahasiswa Elizabeth International Bali bernama Aldi Sahilatua Nababan ditemukan tewas mengenaskan di kamar kosnya di Jalan Bypass Ngurah Rai, Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kuta Selatan, Badung, Bali, Sabtu (18/11/2023). Hingga kini, penyebab kematian pria asal Medan itu masih menjadi misteri.
Kematian Aldi viral setelah kakaknya, Monalisa Nababan, mengunggah beberapa foto Aldi di akun Instagram @monalisanababan_. Melalui unggahan tersebut, ia menyebut Aldi meninggal karena dibunuh. Monalisa pun meminta keadilan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Pemilik kos, Nyoman Risup Arsana, masih ingat ketika melihat keanehan di kamar Aldi. Pagi itu, Arsana sedang membersihkan teras di depan kamar kos di lantai bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat membersihkan teras di depan kamar nomor 10, dia mengetuk pintu. Sejatinya, dia hanya ingin memastikan bahwa Aldi baik-baik saja. Namun, tidak ada jawaban dari dalam kamar Aldi.
Arsana lalu mencoba membuka pintu kamar Aldi. Tapi, pintunya terkunci. Dia pun mulai curiga ketika melihat banyak lalat hijau keluar masuk dari ventilasi di atas pintu kamar Aldi.
"Saya sebagai tuan rumah, bagaimana ya. Gedor-gedor pintu, nggak ada yang menyahut. Tapi belum ada bau (busuk). Nah, saya telepon nyambung, tapi nggak diangkat. Itulah langsung saya lapor polisi," tuturnya, Rabu (22/11/2023).
Jasad Aldi saat ini telah berada di Medan dan telah diautopsi oleh tim dokter Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Tim medis juga telah melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu toksikologi dan patologi.
"Saat ini kami masih berkoordinasi dengan tim dokter Forensik RS Bhayangkara Medan menunggu hasil pemeriksaan autopsi," kata Kasat Reskrim Polresta Denpasar Kompol Losa Lusiano Araujo dalam siaran pers kepada wartawan, Rabu.
Alasan Polisi soal Jenazah Aldi Tak Diautopsi di Bali
Losa menerangkan jenazah mahasiswa berusia 23 tahun itu baru bisa diautopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Sebab, orang tua Aldi awalnya membuat surat pernyataan tidak memberikan persetujuan untuk melakukan autopsi terhadap jenazah pada saat penanganan awal di Bali.
Menurut Losa, saat itu keluarga hanya mengizinkan untuk menyuntikkan formalin serta mengirim jenazah Aldi ke kampung halamannya. Orang tua Aldi juga mengaku siap menerima segala bentuk konsekuensi yang akan timbul di kemudian hari.
Namun, orang tua Aldi mencabut surat pernyataan penolakan autopsi jenazah yang sebelumnya dibuat ketika sampai di Medan. Mereka kemudian meminta agar jasad Aldi diautopsi di RS Bhayangkara Medan.
Keluarga Sebut Aldi Dibunuh
Dilansir dari detikSumut, Monalisa Nababan selaku kakak korban mengaku mendapat kabar adiknya tewas di kamar kosnya di Nusa Dua, Bali, pada Sabtu (18/11/2023) sekitar pukul 09.00 WIB. Kala itu, ia ditelepon personel kepolisian dari Polsek Kuta Selatan.
Monalisa pun menghubungi kerabatnya di Bali untuk memastikan kabar kematian Aldi. Setelah itu, ia mendapat infomasi adiknya tewas bersimbah darah.
"Kamarnya bersimbah darah. Alat kelaminnya rusak, semacam ada sobek. Dari situ lah keluar darah. Ada darah di bagian mulut dan hidung juga. Ada memar lengan tangan kanan dan engselnya bergeser. Lantai penuh darah," ungkapnya.
Menurut Monalisa, keluarga sebenarnya mengajukan autopsi kepada polisi. Namun, ia menilai proses autopsi terhadap jenazah Aldi dipersulit.
"Kami merasa dipersulit dengan pernyataan-pernyataan mereka (polisi). Makanya, kami putuskan mayat dikirim dari Bali ke Medan pada Minggu siang. Jenazah baru tiba di Medan, Senin subuh. Sampai di Medan, baru kami minta diautopsi," sebutnya.
"Dugaannya adik saya dibunuh secara sadis. Semoga keadilan berpihak dengan kami," tandas Monalisa.
Kesaksian Pemilik Kos
Pemilik kos, Nyoman Risup Arsana, sempat menduga Aldi bunuh diri di dalam kamar. Dia berpikir tidak mungkin ada orang yang masuk ke kamar dan membunuh Aldi. Sebab, kamar kos Aldi hanya memiliki satu pintu depan. Semua kamar di bangunan kos dua lantai tersebut juga tidak memiliki pintu samping atau belakang.
Begitu pula area bangunan kos yang berada di satu lahan yang hanya memiliki satu pintu masuk. Selain bangunan kos, ada juga area suci dan rumah yang ditinggali Arsana bersama istri dan anaknya.
"Hanya ini bangunannya. Yang itu tempat suci dan gedung yang ini rumah saya tinggali bersama anak saya," kata Arsana, Kamis.
Arsana mengenal Aldi sebagai sosok yang pendiam. Menurutnya, selama menempati kamar kos di nomor 10, Aldi tidak banyak berinteraksi dengannya maupun dengan penghuni kos lain.
Sejak menyewa kamar kos, kata Arsana, Aldi juga jarang dikunjungi teman maupun kerabat atau keluarganya. Ia menyebut Aldi selalu mematikan lampu meski sedang berada di dalam kamar.
"Dia itu anaknya pendiam, orangnya tertutup. Ditanya apa, suka nggak nyambung. Kalau ditanya, baru menyahut. Kalau nggak ditanya, ya diam saja dia," ujarnya.
Arsana enggan berspekulasi terlalu jauh mengenai penyebab tewasnya mahasiswa berusia 23 tahun itu. Dia menyerahkan semua penanganan kasus tersebut kepada polisi.
(iws/iws)