Gelar kebangsawanan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), seperti 'Lalu' dan 'Baiq' sudah tidak asing di telinga. Namun, selain kedua gelar tersebut, terdapat pula gelar 'Raden' dan 'Denda' yang memiliki akar sejarah kuat dan masih digunakan hingga kini.
Meski berbeda masa kemunculannya, keempat gelar ini sama-sama mencerminkan status bangsawan dan menjadi ciri khas kebudayaan Sasak di Lombok. Berikut penjelasan lengkap mengenai makna dan asal-usul gelar kebangsawanan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Gelar Raden-Denda
Gelar Raden dan Denda terdengar tidak asing saat berkunjung ke Desa Bayan. Gelar ini menunjukkan garis keturunan bangsawan asli Bayan.
Gelar ini hanya didapatkan oleh mereka yang terlahir dari kalangan bangsawan. Raden diperuntukkan bagi seorang laki-laki, sementara Denda diperuntukkan bagi seorang wanita.
Sejarah Raden dan Denda bermula dari ajaran Islam yang dibawa oleh Wali Songo dari Jawa. Desa Bayan yang terletak di Lombok Utara dan berada di bawah kaki Gunung Rinjani, memiliki sejarah penting sebagai titik awal penyebaran Islam di pulau tersebut. Masjid Kuno Bayan menjadi bukti sejarah yang menunjukkan kedatangan agama Islam di daerah ini.
Ajaran Islam ini juga mempengaruhi struktur kebangsawanan di Bayan, dengan penggunaan gelar Raden untuk laki-laki dan Denda untuk perempuan. Raden Gedarip, seorang tokoh adat di Bayan, menjelaskan bahwa gelar Raden berasal dari kata Rahdin atau Rahadian, yang mengartikan orang yang pertama kali menerima ajaran Islam di Desa Bayan.
Proses penyebaran Islam di Bayan tidak terlepas dari pengaruh politik. Pembawa ajaran Islam mendekati Datu atau Raja terlebih dahulu, karena masyarakat Bayan pada masa itu tunduk kepada Datu mereka. Ketika Datu memeluk Islam, masyarakatnya mengikuti jejak tersebut dalam memeluk agama Islam.
Raden Gedarip dengan antusias menceritakan bagaimana Islam pertama kali diperkenalkan di Lombok. Ajaran awal yang diajarkan adalah tauhid, sebelum kemudian diajarkan aspek-aspek lain dari agama Islam.
Arti dan Sejarah Gelar Lalu-Baiq
Lalu dan Baiq merupakan nama yang diberikan kepada seseorang yang lahir dari keturunan bangsawan. Nama Lalu diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan Baiq diperuntukkan bagi wanita.
Nama Lalu dan Baiq hanya dapat diturunkan oleh sang ayah. Sehingga jika seorang wanita dengan gelar Baiq menikah dengan nonbangsawan, maka keturunannya tidak bisa mendapatkan gelar tersebut.
Kemunculan gelar Lalu dan Baiq ini dipercaya oleh sejarawan sebagai salah satu strategi Bali untuk melemahkan kekuatan kaum Sasak sekitar abad ke-17.
Gelar-gelar ini diberikan sebagai pengganti gelar kebangsawanan Raden-Denda, terutama ketika seorang bangsawan Sasak menikahi orang non-bangsawan.
Dalam pandangan strategi ini, penggunaan gelar Lalu dan Baiq diyakini dapat memicu ketegangan dan perampasan kedudukan para bangsawan Sasak.
Di sisi lain, ada sejarawan yang berpendapat bahwa penggunaan gelar Lalu berasal dari tradisi kebangsawanan di Sumbawa yang mana memiliki gelar Lalu dan Lale. Adanya gelar kebangsawanan dari Sumbawa ini memberikan pengaruh bagi masyarakat sasak pada masa itu.
(nor/nor)