Warga di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, memiliki tradisi istimewa, yakni Bukakak. Sebagai warisan leluhur, Tradisi Bukakak sudah dilakukan sejak turun temurun di Desa Sudaji.
Tradisi Bukakak diadakan setahun sekali, tepatnya pada Purnama Kasa sebagai rentetan piodalan di Pura Desa Sudaji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan Tradisi Bukakak
Pelaksanaan Tradisi Bukakak bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai dewi kesuburan atau Dewi Sri atas kesuburan tanah serta hasil pertanian yang melimpah.
Selain itu, Tradisi Bukakak juga menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga desa. Walaupun tak ada catatan tertulis, tradisi ini rutin digelar turun-temurun dan dengan penuh keyakinan.
Prosesi Tradisi Bukakak
Bukakak adalah sebuah persembahan babi yang diguling setengah matang lalu diikat pada sanan bambu. Terdapat kriteria khusus pada babi yang dipersembahkan dalam Tradisi Bukakak, yakni memiliki bulu hitam legam dan harus dalam kondisi sempurna, baik fisik maupun bulunya. Terdapat dua bukakak, yakni bukakak alit (kecil) dan ageng (besar).
Bukakak alit disiapkan dan diarak dari Pura Taman di Banjar Dukuh, Desa Sudaji, menuju ke perempatan desa. Sementara bukakak ageng disiapkan di Pura Desa Sudaji yang nantinya menyusul ke perempatan desa.
Setelah sampai di perempatan desa, dua bukakak ini diarak secara bergantian dan beradu kecepatan. Kemudian, saat proses ini berlangsung, salah satu warga yang bertugas akan membakar danyuh atau daun kelapa kering sehingga menciptakan percikan api. Nantinya, percikan api ini menambah kesan magis dalam tradisi bukakak.
Kemudian, setelah pengarakan selesai, kedua bukakak dibawa ke Pura Bedugul Maspahit untuk dibongkar. Kedua babi guling lalu diolah dan dimasak menjadi lawar atau masakan khas Bali serta dibagikan kepada warga.
(hsa/hsa)