Kisah Ebuh, Tukang Cukur Langganan Bung Karno di Bali

Liputan Khusus Jejak Bung Karno di Bali

Kisah Ebuh, Tukang Cukur Langganan Bung Karno di Bali

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Rabu, 10 Jul 2024 16:59 WIB
Potret I Made Ebuh memakai peci yang diberikan Bung Karno.
Potret I Made Ebuh memakai peci yang diberikan Bung Karno. (Foto: Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Denpasar -

I Made Ebuh gemetar saat pria karismatik itu mendatangi tempat cukur rambut milikinya di Jalan Surapati, Banjar Kayumas Kaja, Denpasar, Bali. Pria yang kerap memakai peci itu meminta Ebuh untuk mencukur rambutnya.

Ebuh mengenal pria flamboyan yang orasinya kerap berapi-api dan membius tersebut. Pria itu adalah Bung Karno, sang proklamator.

"Gemetar bapak (Ebuh). Terus Pak Soekarno bilang ke bapak, santai saja pak," tutur I Nyoman Brata, putra dari Ebuh, saat ditemui detikBali di kediamannya di Denpasar, akhir Mei 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Soekarno memang memiliki hubungan yang istimewa dengan Bali. Ibunya adalah seorang penari Bali, Nyoman Rai Srimben.

Konon, Sang Proklamator hampir setiap bulan mengunjungi Pulau Dewata sebelum Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri. Setiap mengunjungi tanah kelahiran ibunya, Bung Karno kerap menginap di Hotel Bali (kini Inna Bali Heritage Hotel) di Jalan Veteran, Kota Denpasar.

Suatu hari, Bung Karno datang ke Denpasar. Ia meminta Anak Agung Bagus Sutedja (Gubernur Bali saat itu) agar mencarikan tukang cukur untuk memotong rambutnya agar selalu rapi.

Mendapat perintah itu, Sutedja akhirnya menemui sejumlah tukang cukur di Bali. Namun, semuanya menolak lantaran takut memegang kepala Putra Sang Fajar. Hanya Ebuh yang sanggup, meski awalnya dia juga grogi.

Tangan Ebuh gemetar saat memegang gunting di hadapan Bung Karno. Ia lalu mengusap dan menyisir rambut Sang Presiden. Perlahan, Ebuh mulai mencukur rambut pria kelahiran 6 Juni 1901 itu.

Brata menuturkan Bung Karno selalu berjalan kaki dari Hotel Bali menuju ke tempat cukur ayahnya. Kebetulan, jarak Hotel Bali menuju tempat cukur Ebuh hanya sekitar 600 meter.

"Saya pernah lihat Bung Karno potong rambut di tempat bapak saat saya masih SD. Dulu kan penjagaannya nggak ketat. Bung Karno jalan dari Bali Hotel Veteran ke sini," kenang Brata.

I Nyoman Brata, putra dari I Made Ebuh dan kediaman Ebuh di Gang III Jalan Surapati Banjar Kayumas Kaja, Denpasar, Juni 2024.I Nyoman Brata, putra dari I Made Ebuh dan kediaman Ebuh di Gang III Jalan Surapati Banjar Kayumas Kaja, Denpasar, Juni 2024. Foto: Rizki Setyo Samudero/detikBali

Menurut Brata, ayahnya juga beberapa kali dijemput oleh pengawal Bung Karno untuk dibawa ke Bali Beach Sanur lantaran Bung Karno berada di sana. Saat Istana Tampaksiring berdiri sekitar 1960an, Bung Karno meminta Ebuh untuk memotong rambutnya di lokasi itu.

"Tapi, di sini yang paling sering daripada di Tampaksiring," imbuh Brata.

Meski awalnya gemetar dan takut, Ebuh lama-lama terbiasa memegang kepala Bung Karno. Menurut Brata, Ebuh sempat gagal fokus saat memotong rambut Bung Karno. Musababnya, Ebuh menilai bentuk kepala Bung Karno berbeda dibandingkan kepala pelanggan lainnya yang pernah dia pegang.

"Kata bapak (Ebuh), kepala Pak Presiden itu bergelombang. Katanya dari beberapa orang yang pernah dia cukur, cuma Bapak Soekarno yang bentuk kepalanya lain," ungkap Ebuh sambil mengingat-ingat cerita almarhum ayahnya itu.

Menurut Brata, ayahnya lama-lama terbiasa menghadapi Bung Karno. Ebuh juga mulai rileks untuk berbincang sembari memainkan guntingnya di atas kepala Sang Proklamator.

Suatu hari, Bung Karno menanyakan hal pribadi kepada Ebuh yang kala itu baru saja dikaruniai seorang anak. Bung Karno lantas berujar bahwa kelak Ebuh akan mempunyai banyak anak.

"Kata Bung Karno, 'Ebuh kamu mau punya berapa? Kamu ini pasti punya anak banyak'. Benar, Pak Ebuh punya delapan anak," tutur Brata.

Brata adalah satu dari empat anak laki-laki milik Ebuh. Tiga saudara laki-laki Brata sudah meninggal dunia. Selain itu, Ebuh juga memiliki empat saudara perempuan.

Tanda mata pemberian Bung Karno, baca selengkapnya di halaman selanjutnya....

Peci Pemberian Bung Karno

Menurut Brata, ayahnya tak begitu banyak menceritakan momen setiap kali pulang mencukur rambut Bung Karno kepada anak-anaknya. Meski begitu, Ebuh pernah menunjukkan kenang-kenangan berupa peci atau songkok pemberian Bung Karno.

Brata menuturkan betapa senangnya hati Ebuh ketika itu diberi peci oleh orang nomor satu di Indonesia itu. Meski orang Bali tidak identik dengan peci, namun Bung Karno meminta Ebuh memakai songkok pemberiannya itu. Ebuh pun mengikuti permintaan Bung Karno.

"Biarpun nggak nyukur, dia selalu pakai peci hitam itu," imbuh Brata yang kini berusia 68 tahun.

Sewaktu Ebuh masih hidup, Brata sempat heran lantaran ayahnya itu selalu menggunakan songkok pemberian Bung Karno. Terkadang Brata tertawa setiap mengingat momen ayahnya mengenakan peci hitam itu.

"Nggak pernah dilepas itu, pecinya terus dipakai," tutur Brata sembari tertawa.

Potret orang tua Bung KarnoPotret orang tua Bung Karno Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali

Brata tidak ingat bayaran ayahnya setiap kali mencukur rambut Soekarno. Namun, ia menyebut nominal yang diterima ayahnya lebih banyak dibandingkan mencukur rambut orang biasa.

"Lumayanlah dikasih uang itu, spesial mungkin dia merasa dikasih sama Pak Soekarno," imbuh Brata.

Brata tak begitu ingat kapan terakhir kali Ebuh mencukur Soekarno. Sebab, sekitar tahun 1965, Bung Karno tidak pernah lagi ke Bali.

"Tahun 86 Pak Ebuh meninggal. Tapi jauh sebelum itu, sudah lama tidak bertemu Pak Soekarno. Sekitar tahun 65, kondisi gawat, dia sudah nggak ke Bali," pungkas Brata.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Puluhan Bule di Bali Kena Tilang gegara Tak Pakai Helm"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/dpw)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads