Ketupat merupakan hidangan ikonik yang sering hadir pada saat Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal dan Lebaran Ketupat pada 8 Syawal. Ketupat merupakan makanan tradisional khas Indonesia yang berbahan dasar beras dan dimasak dengan cara direbus.
Ketupat memiliki bentuk yang unik dan khas. Di balik bentuknya yang unik, ketupat mempunyai makna filosofis untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan dengan melakukan tradisi sungkeman.
Filosofi Ketupat
![]() |
Dilansir dari berbagai sumber, Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, yang mengawali tradisi ketupat ini. Sunan yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa itu menggabungkan filosofi, budaya Jawa, dengan prinsip Islam. Di mana prinsip-prinsip Islam dipengaruhi oleh budaya Hindu yang menyebabkan akulturasi budaya antara keduanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketupat berasal dari istilah bahasa Jawa, yaitu 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan dan laku papat, empat tindakan). Tindakan yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran diartikan sebagai berakhirnya waktu puasa Ramadan dan siap menyambut hari kemenangan Idul Fitri. Sedangkan luberan memiliki makna berbagi kepada fakir miskin.
Adapun leburan memiliki makna saling memaafkan satu sama lain. Yang terakhir adalah laburan, laburan memiliki arti sebagai seorang muslim harus memiliki hati yang jernih dan putih layaknya kapur.
Makna 3 Bahan Ketupat
![]() |
Ketupat terbuat dari tiga bahan utama, yaitu janur kuning, beras, dan santan. Setiap bahan-bahan tersebut juga memiliki filosofi dan makna masing-masing.
Janur kuning yang menjadi salah satu bahan untuk membuat ketupat juga diartikan sebagai penolak bala bagi orang Jawa. Janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani).
Sedangkan anyaman ketupat dianggap sebagai bentuk kesalahan-kesalahan yang diperbuat manusia. Namun, ada juga yang mengartikan sebagai lambang kesatuan dan persaudaraan.
Kemudian untuk beras, sering diartikan sebagai simbol kemakmuran. Beras di ketupat juga sebagai doa agar masyarakat diberi kelimpahan setelah hari raya. Sementara itu, ada santan yang dalam bahasa jawa santen, berirama dengan kata ngapunten yang berarti memohon maaf.
Artikel ini ditulis oleh Rio Raga Sakti, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)