Pameran Tunggal 'The Journey' Wayan Sadu, Melukis Pakai Lidi dan Ranting

Pameran Tunggal 'The Journey' Wayan Sadu, Melukis Pakai Lidi dan Ranting

Aryo Mahendro - detikBali
Minggu, 24 Mar 2024 09:54 WIB
Pameran tunggal The Journey oleh Wayan Sadu di Sanur, Denpasar, Bali.
Pameran tunggal 'The Journey' oleh Wayan Sadu di Sanur, Denpasar, Bali. (Foto: Aryo Mahendro/detikBali)
Denpasar -

Melukis adalah aktivitas seni yang tidak selalu memakai alat seperti kuas. I Wayan Sadu, misalnya. Sadu memamerkan 18 lukisan yang beberapa di antaranya dilukis pakai lidi, sisir, dan ranting pohon.

"Saya eksplorasi media dan bahan untuk karya saya. Bukan cuma peralatan seperi kuas, roll, atau palet (lukis). Tapi saya juga memanfaatkan (benda) di sekitar seperti lidi, ranting kayu, atau sisir," kata I Wayan Sadu kepada detikBali saat pameran tunggalnya di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar, Jumat (22/2/2024).

Sadu mengatakan salah satu karyanya berjudul 'Bunga Jepun di Musim Kemarau' dibuat dengan ranting pohon. Lukisan itu dibuat dengan bahan cat akrilik di atas kanvas berlapis kertas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain lukisan itu, ada beberapa karya lain yang ia pajang di pameran tersebut. Salah satunya lukisan berjudul 'Berpulang Dengan Damai'. Dia membuat lukisan itu dengan lembaran kertas yang dilem di atas kanvas.

Setelah dia yakin lapisan kertasnya menempel kuat, barulah lukisannya dibalur dengan cat dasaran khusus kanvas dan siap untuk dilukis.

"Jadi, ini (lukisan Berpulang Dengan Damai) awal bertekstur kertas. Bahan campurannya, air. Lalu, saya lapisi dengan cat. Kalau (pewarnanya) memang akrilik," kata Sadu.

Pameran tunggal 'The Journey' oleh Wayan Sadu di Sanur, Denpasar, Bali.Pameran tunggal 'The Journey' oleh Wayan Sadu di Sanur, Denpasar, Bali. Foto: Aryo Mahendro/detikBali

Adapun karya Bunga Jepun di Musim Kemarau, dia lukis dengan ranting pohon dan cat akrilik. Sadu melukis lukisan itu memakai ranting pohon yang dipukulkan ke kanvas.

Hasilnya terlihat berbeda antara lukisan cat minyak dengan akrilik meski sama-sama menggunakan ranting pohon. Tekstur warna lukisan yang memakai cat minyak dan dilukis pakai ranting pohon terlihat lebih bergelombang serta timbul.

"Dipukul-pukul begitu tekniknya. Sama seperti saat saya pakai lidi. Tapi kalau pakai ranting ada tone warna gelap dan terang yang lebih tebal. Karena ranting menyerap air," jelasnya.

Wayan Sadu mengatakan tidak punya tema khusus yang ditampilkan dalam karyanya. Setiap lukisan punya cerita yang berbeda. Cerita tentang kematian, persahabatan, keluarga, hingga tradisi dan budaya Bali.

Cerita berbeda tiap lukisan itu adalah representasi atas proses yang ia lalui saat melukis. Sadu mengaku dapat menyelesaikan satu lukisan hingga berhari-hari. Menurutnya, tahap penyelesaian lukisan adalah proses yang paling ruwet dan butuh kehati-hatian.

"Yang pertama beride dulu. Terus, penguraian (pemilihan) cat dan eksekusi (mulai melukis). Saat eksekusi, finishing (tahap penyelesaian lukisan) itu susah sekali. Karena kalau salah sedikit saja, rusak semua karyanya," tutur pria lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar angkatan 2000 itu.

Sebagai informasi, pameran tunggal Wayan Sadu bertajuk The Journey itu digelar 22 Maret sampai tanggal 30 Mei 2024 dan dikuratori oleh I Wayan Seriyoga Parta. Itu adalah kali kedua Wayan Sadu menggelar pameran tunggal sejak 2007.




(dpw/dpw)

Hide Ads