Umat Hindu di Bali kembali merayakan Hari Raya Galungan pada Rabu, 28 Februari 2024. Galungan jatuh setiap enam bulan atau 210 hari sekali atau pada Buda Keliwon Dunggulan menurut perhitungan kalender Bali.
Salah satu yang menjadi ciri khas menjelang Galungan adalah pemasangan penjor di depan rumah-rumah warga Bali. Lantas, apa makna penjor saat Hari Raya Galungan?
Seperti diketahui, rangkaian Galungan sudah dimulai sejak Tumpek Wariga, kemudian Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Termasuk sebelumnya juga sudah dirangkai dengan Hari Penyekeban (Redite Pahing Dunggulan), Penyajaan Galungan (Soma Pon Dunggulan), hingga Penampahan Galungan (Anggara Wage Dunggulan).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjor merupakan wujud rasa syukur atas kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Penjor terbuat dari bambu melengkung yang telah dihiasi dengan rangkaian janur dan ornamen-ornamen yang berasal dari alam.
Simak ulasan terkait penjor saat perayaan Hari Raya Galungan seperti dirangkum detikBali dari berbagai sumber:
Makna Penjor Galungan
Menurut Dra Ni Made Sri Arwati (1992), penjor dibuat dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung ke bawah dan dihiasi dengan janur atau ambu, daun-daunan, buah-buahan, bunga, porosan. Penjor merupakan simbol pertiwi dengan segala hasilnya yang memberikan kehidupan dan keselamatan bagi manusia.
Penjor dilengkapi dengan sanggah sebagai tempat sesajen atau banten, sampyan, lamak, gantung-gantungan, tetandingan dengan pala bungkah, pala gantung, jajan, dan hiasannya.
Umat Hindu di Bali memaknai penjor sebagai simbol dari gunung yang dianggap suci. Penjor yang dipasang menancap ke bumi atau pertiwi menjadi simbol kehidupan dan keselamatan. Di dalam lontar Jayakasunu, penjor disebut melambangkan Gunung Agung.
Ada pula yang memaknai penjor sebagai simbol Naga Basuki yang merupakan simbol kemakmuran. Menurut lontar Basuki Tatwa, gunung (giri) adalah naga raja, yaitu Naga Basuki. Gembrong dibuat dari daun kelapa (janur) yang menggambarkan rambut dari sang naga.
Hiasan pada sepanjang bambu dari bawah hingga atas penjor terdiri dari gantungan-gantungan seperti padi, ketela, jagung, kain, dan sebagainya. Berbagai bahan alam itu menjadi simbol dari bulu Naga Ananta Bhoga yang dianggap sebagai tempat tumbuhnya sandang dan pangan.
Pemasangan dan Pencabutan Penjor Galungan
Pemasangan penjor dilakukan pada saat hari Penampahan Galungan, yaitu sehari sebelum Hari Raya Galungan. Penjor terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Mulai dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur atau daun enau yang masih muda, serta daun-daunan lainnya.
Pemasangan penjor bertujuan sebagai rasa bakti dan terima kasih atas berkah dan kehidupan kehadapan Sang Pencipta, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pemasangan penjor saat hari Penampahan Galungan juga menandakan bahwa dharma dapat ditegakkan.
Pencabutan penjor dilakukan pada Buda Kliwon Pahang atau disebut pula dengan Buda Kliwon Pegatwakan atau Pegat Warah. Hari tersebut merupakan hari berakhirnya seluruh rangkaian upacara Galungan. Setelah dicabut, penjor akan dibersihkan dan dibakar.
Artikel ini ditulis oleh Desak Made Diah Aristiani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)